Kepala sekolah sebagai leader dalam pendidikan
Kepala sekolah sebagai leader dalam pendidikan
Leader secara bahasa artinya adalah pemimpin. Kepala sekolah
adalah pemimpin bagi lembaga pendidikan yang dipimpinnya. Sebagai leader,
kemampuan yang harus dimiliki kepala sekolah adalah :
Pertama, kemampuan membangun visi, misi, dan strategi lembaga. Visi adalah
pandangan ke depan lembaga pendidikan itu mau dibawa kearah mana. Misi adalah
alasan mengapa lembaga tersebut ada, biasanya berdasar pada nilai-nilai
tertentu yang melekat dalam organisasi. Sedangkan strategi adalah bagaimana
kepala sekolah mampu mengelola sumberdaya yang dimiliki dalam upaya mencapai
visi dan misi yang telah ditentukan tersebut.
Visi kepala sekolah akan sangat menentukan kearah mana
lembaga pendidikan itu dibawa. Kepala sekolah yang tidak mempunyai visi jauh ke
depan hanya akan bertugas sesuai dengan rutinitas dan tugas sehari-harinya
tanpa tahu kemajuan apa yang harus ia capai dalam kurun waktu tertentu.
Kiranya, visi ini harus dibangun terlebih dahulu agar tercipta jalan dan
panduan perjalanan lembaga ke depan.
Kedua, sebagai leader, kepala sekolah harus mampu berperan sebagai innovator,
yaitu orang yang terus-menerus membangun dan mengembangkan berbagai inovasi
untuk memajukan lembaga pendidikan. Salah satu yang menandai pergerakan dan
kemajuan lembaga pendidikan adalah sebesar dan sebanyak apa inovasi yang
dilakukan lembaga pendidikan tersebut setiap tahunnya. Jika banyak inovasi dan
pembaruan yang dilakukan, maka berarti terdapat kemajuan yang cukup signifikan.
Tetapi sebaiknya, jika tidak banyak inovasi yang dilakukan, maka lembaga
pendidikan itu lebih banyak jalan di tempat dan tidak mengalami banyak
kemajuan.
Ketiga, kepala sekolah harus mampu membangun motivasi kerja yang baik bagi seluruh
guru, karyawan, dan berbagai pihak yang terlibat di sekolah. Kemampuan dalam
membangun motivasi yang baik akan membangun produktivitas organisasi dan
meningkatkan efisiensi kerja. Dengan motivasi yang tinggi, didukung dengan
kemampuan guru dan keryawan yang memadai, akan memacu kenerja lembaga secara
keseluruhan. Karenanya, kemampuan membangun motivasi menjadi salah satu kunci
untuk meningkatkan performa dan produktivitas kerja.
Keempat, kepala sekolah harus mempunyai keterampilan melakukan komunikasi,
menangani konflik, dan membangun iklim kerja yang yang positif di lingkungan
lembaga pendidikan. Iklim kerja yang positif akan sangat berpengaruh terhadap
kesehatan kerja secara keseluruhan. Jika komunikasi tidak terbangun dengan baik
misalnya, akan banyak terjadi kesalah pahaman baik di antara bawahan atasan
maupun di antara bawahan itu sendiri. Akibatnya, lembaga pendidikan tidak lagi
bisa menjadi tempat yang nyaman untuk bekerja. Masing-masing orang tidak lagi
memperhatikan antara satu dengan yang lain, masing-masing bekerja secara
individual sehingga membuat suasana kerja tidak nyaman. Jika hal ini terjadi,
akan sulit mengharapkan mereka untuk bekerja lebih keras atau lebih produktif.
Lingkungan dan suasana kerja yang baik akan mendorong guru dan karyawan bekerja
lebih senang dan meningkatkan tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan secara
lebih baik.
Kelima, kepala sekolah harus mampu melakukan proses pengambilan keputusan, dan
bisa melakukan proses delegasi wewenang secara baik. Pengambilan keputusan
membutuhkan ketrampilan mulai dari proses pengumpulan informasi, pencarian
alternative keputusan, memilih keputusan, hingga mengelola akibat ataupun
konsekuensi dari peputusan yang telah diambil.
Kepala sekolah harus mempunyai ketrampilan pengambilan
keputusan secara cepat dan tepat disesuaikan dengan dinamika dan perkembangan
yang terjadi. Jika setiap permasalahan bisa segera diputuskan dan dicarikan
jalan keluar, maka akan memudahkan organisasi untuk berjalan dengan dinamika
yang cepat. Tatapi sebalik nya, jika kepala sekolah sering ragu dalam mengambil
keputusan, maka organisasi di lembaga tersebut akan terganggu dengan banyaknya
masalah yang masih menggantung dan membutuhkan jalan keluar.
Selain pengambilan keputusan, kepala sekolah juga
mempunyai keterampilan mendelegasikan tugas dan wewenangnya kepada para
bawahan. Delegasi wewenang ini di satu sisi akan memudahkan tugas-tugas kepala
sekolah sehingga ia bisa berkonsentrasi untuk menjalankan tugas-tugas yang strategis
dan mendelet gasikan tugas-tugas operasional sehari-hari kepada bawahannya. Di
sisi lain, delegasi wewenang akan membuat bawahan merasa dihargai sekaligus
menjadi proses pembelajaran kepemimpinan bagi mereka. Sehingga proses
operasional organisasi bisa berjalan dengan lancar.[1]
Dalam
teori kepemimpinan setidaknya kita mengenal dua gaya kepemimpinan yaitu
kepemimpinan yang berorientasi
pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka
meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat menerapkan kedua
gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan yang ada. Kendati demikian menarik untuk dipertimbangkan dari
hasil studi yang dilakukan Bambang Budi Wiyono (2000) terhadap 64 kepala
sekolah dan 256 guru Sekolah Dasar di Bantul terungkap bahwa ethos kerja guru
lebih tinggi ketika dipimpin oleh kepala sekolah dengan gaya kepemimpinan yang
berorientasi pada manusia.
Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan
kepribadian dan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifat-sifat sebagai barikut : (1) jujur; (2)
percaya diri; (3) tanggung jawab; (4) berani mengambil resiko dan keputusan; (5)
berjiwa besar; (6) emosi yang stabil, dan (7) teladan.
Comments
Post a Comment