KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1
PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN
SEBAGAI PEMIMPIN
Oleh :
Muh Haris Burhanuddinsyah
Pratap Triloka yang diusung oleh Ki Hajar
Dewantara sebagai semboyan seorang pendidik yaitu
ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani yang
memiliki arti di depan menjadi teladan, di tengah membangun semangat, di
belakang memberi dorongan, adalah filosofi yang harus dipegang teguh oleh seorang
pendidik baik dalam posisi sebagai pemimpin pembelajaran maupun pemimpin
manajerial, sehingga pendidik dimanapun posisinya akan dapat selalu
berkontribusi dalam menentukan keputusan-keputusan atau kebijakan-kebijakan
yang berpihak kepada murid.
Manusia sejatinya hanyalah berjalan dari
pilihan-pilihan yang ia putuskan sebelumnya, demikian pula pendidik sebagai
insan pemimpin pembelajaran di mana ia bersedia menjadi pendidik juga merupakan
sebuah keputusan. Setiap keputusan yang diambil tidak akan lepas dari
nilai-nilai yang telah tertanam dalam diri seseorang. Nilai-nilai yang telah ia
bawa dari kecil hingga dewasa, baik nilai-nilai yang ditanamkan oleh orang tua,
didapat dari keluarga, dan lingkungan akan menjadi pembeda setiap orang dalam
mengambil keputusan sesuai dengan apa yang ia yakini. Hal ini tentu berpengaruh
besar bagi seseorang dalam mengambil keputusan tidak terkecuali pendidik sebagai
seorang pemimpin pembelajaran yang akan memutuskan sesuatu sesuai nilai-nilai
yang tertanam dalam dirinya.
Perbedaan nilai yang dimiliki seseorang
merupakan keniscayaan, adakalanya seseorang salah dan adakalanya benar dalam
mengambil keputusan berdasarkan nilai yang ia yakini. Kemampuan seseorang dalam
mengambil keputusan tidak akan lepas dari pengalaman termasuk kesalahan yang
pernah dilakukan, namun yang paling penting adalah kemampuan belajar dari
pengalaman atau refleksi.
Refleksi ini sangat penting bagi seorang pemimpin, karena melalui refleksi seseorang dapat belajar dari peristiwa yang ia lakukan. Selain itu, seorang pemimpin juga hendaknya mempunyai panutan yang dapat dijadikan partner dalam menggali potensi atau coach, agar dalam setiap langkah mengambil keputusan dapat dibagikan untuk dikomunikasikan dan digali lebih dalam sehingga keputusan yang diambil merupakan keputusan yang baik dan dilakukan secara efektif. Maka kegiatan coaching merupakan hal yang diperlukan oleh seorang pendidikan sebagai pemimpin pembelajaran.
Pendidik sebagai sosok yang menuntun murid kepada kebahagiaan setinggi-tingginya haruslah memiliki jiwa yang baik. Jiwa yang besar dalam sosial dan emosional, yang selalu memperhatikan dan menghormati nilai-nilai moral, sosial dan emosional orang lain. Pendidik yang mempu mengelola dan menyadari aspek sosial dan emosional akan mampu mengambil keputusan yang lebih humanis sehingga keputusan yang diambil adalah keputusan yang akan membawa kebaikan kepada sesama bukan hanya pada dirinya sendiri.
Ketika keputusan yang diambil merupakan keputusan yang tepat, maka akan berdampak pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Keputusan yang tepat dapat dilihat dari nilai kebaikan yang dibawa, apakah keputusan yang diambil memiliki nilai kebajikan universal, sudahkah berpihak pada murid, dan sudahkah memiliki nilai kebijaksanaan dalam keputusan tersebut.
Setiap keputusan tentu tidak akan lepas dari
pertentangan, tidak pula akan memuaskan setiap orang. Hal ini menjadi tantangan
dalam mengambil keputusan terutama dalam kasus dilema etika dimana terdapat dua
paradigma benar saling berlawanan.
Maka sebagai seorang pemimpin pembelajaran
harus memiliki kemampuan dan kecakapan yang baik dalam mengambil keputusan
sehingga pertentangan yang terjadi tidak menjadi hambatan dalam pelaksanaan
keputusan.
Pendidik yang memiliki kecakapan dalam
mengambil keputusan yang bijak akan menjadi tumpuan murid ketika menghadapi masalah,
baik mengenai proses pembelajaran maupun yang lain. Dengan demikian keputusan yang diambil oleh
seorang pendidik akan sangat berpengaruh pada kehidupan atau masa depan murid-muridnya
Melalui modul 3.1 ini dapat saya simpulkan
bahwa pendidik sebagai seorang yang menuntun murid pada kebahagiaan
setinggi-tingginya sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya selain harus sadar
akan tugas dan perannya sebagai pemimpin pembelajaran, juga harus memiliki visi
yang jelas dengan rencana-rencana yang sistematis, selain itu dengan menerapkan
budaya positif, pembelajaran berdiferensiasi, dan pembelajaran sosial emosional
akan menjadikan murid terakomodasi kebutuhan-kebutuhan belajar dan tertanam
nilai kebajikan dalam dirinya. Untuk mewujudkan hal tersebut tidak akan mudah
jika dilakukan sendiri, maka kolaborasi dengan rekan sejawat sangat dibutuhkan.
Manakala terjadi kendala dapat dilakukan coaching
untuk memaksimalkan potensi yang dipunya untuk keluar dari masalah
tersebut, tidak terkecuali dalam pengambilan keputusan jika terjadi dilema
etika.
Pada modul 3.1 ini saya mempelajari banyak
hal, pertama saya mengetahui perbedaan antara dilema etika dan bujukan moral. Dilema
etika terjadi ketika terdapat 2 paradigma benar saling bertentangan, sedangkan
bujukan moral adalah ketika paradigma benar lawan salah. Kedua saya mengetahui
adanya 4 paradigma dalam mengambil keputusan yaitu 1) individu lawan kelompok,
2) keadilan lawan rasa kasihan, 3) kebenaran lawan kesetiaan, dan 4) jangka
pendek lawan jangka panjang. Ketiga saya mengetahui tentang 3 prinsip berpikir dalam
mengambil keputusan yaitu bepikir 1) berbasis hasil akhir, 2) berbasis peraturan,
dan 3) berbasis rasa peduli. Dari 4 paradigma dan 3 prinsip pengambilan
keputusan tersebut semuanya benar hanya saja keputusan mana yang paling
berpihak pada murid itulah yang hendaknya diambil. Keempat pengetahuan yang
saya dapatkan pada modul ini adalah tentang 9 langkah pengujian dalam mengambil
keputusan yaitu 1) mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, 2)
menentukan siapa yang terlibat, 3) mengumpulkan fakta-fakta yang relevan, 4)
uji benar salah dengan uji legal-uji regulasi/standar profesi-uji intuisi-uji
publikasi-uji panutan, 5) identifikasi paradigma, 6) menentukan prinsip
resolusi, 7) investigasi opsi trilema, 8) buat keputusan, dan 9) tinjau
keputusan dan refleksikan.
Sebagai seorang manusia yang tidak lepas dari
serangkaian pilihan dan pengambilan keputusan tentu pernah mengalami situasi
dilema. perbedaan yang saya dapatkan antara sebelum dan sesudah mempelajari
modul ini sangatlah besar yaitu saya mengerti bahwa dalam situasi dilema
terdapat 2 paradigma benar yang saling berlawanan, kemudian dalam setiap
keputusan yang diambil ternyata terdapat prinsip-prinsip yang menjadi dasar
dalam berpikir. Selain itu saya menjadi mengerti bagaimana saya harus menguji
suatu keputusan yang akan saya ambil dengan melakukan 9 langkah pengambilan
keputusan.
Saya sangat senang sekali mempelajari modul
3.1 ini karena didalamya banyak sekali ilmu yang dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari baik sebagai pemimpin pembelajaran maupun sebagai
individu, karena sekali lagi manusia hanyalah menjalankan pilihan-pilihan yang
ia putuskan sebelunya.
*****
Comments
Post a Comment