ANALISIS DAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH ASPEK PENILAIAN PAI DALAM KURIKULUM 2013



Latar Belakang
Kurikulum merupakan salah satu komponen pendidikan yang sangat penting sebagai pedoman bagi guru untuk mencapai tujuan yang diharapkan, berfungsi untuk  menolong siswa menggali dan mengembangkan keinginan, bakat, kemampuan, keterampilan dan mempersiapkan mereka dengan baik untuk menjalankan hak dan kewajiban, memikul tanggung jawab terhadap diri keluarga masyarakat dan bangsanya.
Kurikulum menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 9 yaitu seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari rumusan diatas dapat ditafsirkan bahwa komponen kurikulum meliputi: tujuan, isi dan bahan pelajaran (materi), metode (proses pembelajaran), evaluasi (penilaian) yang saling berhubungan, setiap komponennya saling bertalian erat.
Sedangkan analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti: (1) penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya), (2) penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan, (3)  penjabaran sesudah dikaji sebaik-baiknya, (4) pemecahan persoalan yang dimulai dengan dugaan akan kebenarannya.(KBBI Online)
Analisis kurikulum dilakukan melalui dua cara, yaitu pemetaan kurikulum (curriculum mapping) dan penyesuaian kurikulum (curriculum alignment). Pemetaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan gambaran utuh tentang output/ outcome yang diharapkan, penilaian, kegiatan pembelajaran, sumber, materi serta rencana pembelajaran. Penyesuaian kurikulum (curriculum alignment) dilakukan melalui dua cara, yaitu:
Penyesuaian vertikal: untuk menjamin bahwa suatu mata pelajaran yang diajarkan di jenjang kelas yang berbeda itu ringkas, padat, tidak ada materi/ bahan yang terlewat, tidak overlapping (tumpang tindih) dan disusun secara spiral (tingkat kesulitannya dimulai dari yang mudah sampai yang paling sulit).
Penyesuaian horizontal: untuk melihat keterkaitan antara berbagai mata pelajaran pada jenjang kelas yang sama sehingga siswa dapat belajar integrasi lintas ilmu untuk mengerti konsep multi disiplin (Wandie R.S,  2013:6-7).
Analisis kurikulum dilakukan karena berbagai alasan, antara lain (Jonathan D. Jansen):
a.    untuk menilai kurikulum dan memperbaikinya
b.    untuk mengidentifikasi masalah potensial dan aktual sedini mungkin dan merekomendasikan solusi yang mungkin dilakukan.
c.    Untuk membuat keputusan tentang dukungan untuk kelanjutan kurikulum
d.    untuk mengetahui apakah tujuan telah tercapai
e.    Untuk mengidentifikasi kekuatan dan keberhasilan
f.     untuk menguji apakah asumsi yang mendasari kurikulum yang sah dan dipertahankan
g.    untuk mengidentifikasi kelemahan dan bias
h.    untuk menunjukkan nilai dari kurikulum pada stakeholder yang berbeda.
Analisis kurikulum sendiri dapat ditekankan pada salah satu komponen kurikulum, dimana makalah ini lebih menekankan pada aspek atau komponen penilaian pendidikan agama islam dan budi pekerti dalam kurikulum 2013. Analisis ini diprioritaskan karena pendidikan agama Islam dan budi pekerti mempunyai karakteristik yang berbeda dibanding mata pelajaran lainnya.
Pendidikan agama merupakan bidang ajaran kajian yang sangat penting dan fundamental dalam pembentukan manusia secara utuh, dan  memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia sebagai tata nilai, pedoman, pembimbing dan pendorong atau penggerak untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Pendidikan Agama Islam (PAI) yang merupakan bagian dari pendidikan agama di Indonesia mempunyai tempat yang sangat strategis dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia.
Secara normatif Pendidikan Islam (PAI) di sekolah umum sebagai refleksi pemikiran pendidikan Islam, sosialisasi, internalisasi, dan rekontruksi pemahaman ajaran dan nilai-nilai Islam. Secara praktis PAI bertujuan mengembangkan kepribadian muslim yang memiliki kemampuan kognitif, afektif, normatif, dan psikomotorik, yang kemudian dterjemahkahkan dalam cara berfikir, bersikap, dan bertindak dalam kehidupannya. Dengan pembelajaran PAI, siswa diharapkan mampu mengembangkan kepribadian sebagai muslim yang baik, menghayati dan mengamalkan ajaran serta nilai Islam dalam kehidupannya. Dengan demikian PAI tidak hanya dipahami secara teoritis, namun diamalkan secara praktis.
Selain itu dengan memperhatikan maksud diwajibkannya kurikulum Pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah , maka Pendidikan Agama islam menjadi sangat urgen untuk kebutuhan masyarakat Indonesia, mengingat survei menunjukkan bahwa Indonesia masih rendah dalam menangani kualitas sumberdaya manusianya. Apalagi dikaitkannya tingkat korupsi di Indonesia yang sudah mencapai peringkat yang paling menakutkan. Karena itu kegagalan pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan merosotnya nilai-nilai kejujuran dan keadilan seringkali disebabkan kurang berhasilnya pendidikan Agama islam diterapkan. (Muhaimin, Pengembangan Kurikulum PAI, 2007).
Adapun Karakteristik kurikulum 2013 adalah sebagai berikut :
1)   Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual, sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik.
2)   Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana siswa menerapkannnya dalam masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar.
3)   Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.
4)   Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
5)   Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar.
6)   Kompetensi inti menjadi unsur pengorganisasi kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti.
7)   Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat dan memperkaya antar mata pelajaran dan jenjang Pendidikan (Permendikbud no.68 th 2013).
Pelaksanaan dalam penilaian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam masih banyak kekurangan dan hambatan, oleh karena itu perlu adanya sebuah analisis untuk memetakan sehingga dapat dicari solusi pemecahannya.

B.   Analisis SWOT
Salah satu metode untuk analisis sebuah kurikulum adalah menggunakan analisis SWOT yaitu analisis yang menekankan pada empat aspek (Strenght, Weakness, Opportunity, dan Treat).
Pada makalah ini yang dianalisis terbatas pada aspek penilaian pendidikan agama Islam dalam kurikulum 2013, yaitu :
Strenght
-      Menilai kompetensi peserta didik secara menyeluruh
-      Hasil penilaian lebih otentik
-      Penilaian dilakukan pada 3 aspek (kognitif, afektif, dan psikomotor)
-      Instrumen penilaian lebih variatif
-      Menekankan pada proses
-      Menekankan pada penilaian karakter
Weakness
-      Belum berjalan secara optimal
-      Guru kesulitan mengembangkan instrumen penilaian
-      Instrumen penilaian yang banyak menyulitkan guru dalam menilai
-      Guru kesulitan menjabarkan KI KD SKL menjadi indikator instrumen
-      Dalam memeriksa instrumen memerlukan banyak waktu
Opportunity
-      dikembangkan instrumen terstandar
-      Instrumen penilaian dibuat lebih praktis
-      Dikembangkan panduan penjabaran SKL KI KD menjadi indikator instrumen
Treat
-      Guru belum menguasai variasi teknik penilaian
-      Guru belum memahami teknik dan pengembangan penyusunan instrumen
-      Anggaran yang dibutuhkan pelatihan tidak sedikit

C.   Analisis Kebutuhan
Pada komponen penilaian di kurikulum 2013 ini, guru dituntut ekstra kerja keras karena penilaian yang dilakukan harus komprehensif dan kompleks (model penilaian otentik). Guru harus menilai sikap spiritual (KI 1) dan sosial (KI 2) secara terukur disamping penilaian psikomotor (KI 4) dan kognitif (KI 3). Permasalahan berikutnya adalah format penilaian KI 1 dan 2 yang cukup rumit dan butuh kecermatan yang tinggi dan berkelanjutan. Teknik penilaian sikap yang mengacu pada penilaian otentik dapat dilakukan dengan cara: observasi (pengamatan), penilaian diri, laporan pribadi (buku laporan ibadah), Penilaian sejawat dan jurnal (catatan) (Depdiknas Depok, 2013). Namun penilaian ini membutuhkan keseriusan, kecermatan, pengawasan dan kerja sama antara siswa, guru, pihak sekolah dan orang tua siswa, sehingga penilaian yang dilakukan tidak sekedar formalitas sekedar diisi, dikumpulkan tanpa tindak lanjut, tidak bermakna dan berimplikasi apapun (MGMP PAI Kota Bogor).
Secara umum, kurikulum ini diharapkan menghasilkan insan yang produktif, kreatif, inovatif berbasis pada pengetahuan, ketrampilan dan sikap sosial,  maka harus ada integrasi sikap, ketrampilan dan pengetahuan. Kompetensi pengetahuan, ketrampilan dan sistem nilai menentukan terhadap aktualisasi sikap/ watak islami. Sikap itu tahu mengapa, ketrampilan itu tahu bagaimana, pengetahuan itu tahu apa. 
Contoh KI: menghargai dan menghayati  ajaran agama yang dianutnya; siswa harus membaca al-Quran  dengan tartil, beriman kepada Allah, beriman kepada malaikat, melaksanakan thaharah, melaksanakan shalat wajib dan lain-lain yang  didalamnya ada ranah pengetahuan dan pengamalan melalui pentradisian. 
Pendekatan holistik digunakan dalam kurikulum ini, jadi tidak lagi berbicara tentang Al-Quran, hadits, shalat, akhlak dan sebagainya, tetapi terintegrasi dalam suatu tema. Sumber kompetensi adalah mata pelajaran per kelas, lalu dijadikan sebagai kompetensi inti dan dituangkan dalam kompetensi dasar. 
Perbedaan dengan kurikulum yang lalu adalah bahwa penyatuan semua dalam tema-tema yang dibicarakan.  dalam kurikulum 2013 akan terjadi integrasi internal, artinya terjadi pengintegrasian antar berbagai bidang studi di dalam matapelajaran, misalnya ketika tema “menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya” maka di dalamnya akan terdapat bahasan al-Quran, fiqih, dan budaya beragama. 
Di sisi lain, yang lebih urgen adalah integratif eksternal, dimana mata pelajaran agama diintegrasikan dalam mata pelajaran lain dalam suatu tema yang dibicarakan. Misalnya, ketika berbicara tentang tema “indahnya kebersamaan”, maka mata pelajaran lain bisa terintegrasi, seperti IPA, IPS, kewarganegaraan, seni budaya dan sebagainya. Seharusnya PAI bisa diintegrasikan sedemikian rupa mengingat bahwa agama sangat sarat dengan tema indahnya kebersamaan. Dengan cara seperti ini, maka integrasi tuntas akan dapat terjadi, bukan hanya integrasi parsial (Nur Syam, 2013).
Berdasarkan hal tersebut maka faktor utama yang perlu atau dibutuhkan dalam penilaian mata pelajaran Pendidikan agama islam adalah adanya panduan instrumen penilaian yang baku dan praktis dari pemerintah yang dapat dijadikan acuan untuk menilai peserta didik.

D.   Identifikasi Kesenjangan
Secara konsep penilaian otentik memiliki keunggulan dibanding penilaian pada kurikulum KTSP, namun dilapangan masih banyak kekurang dan kelemahan-kelemahan pada implementasinya.
Kondisi ini dapat disajikan dalam dua Site yaitu kondisi ideal dan kondisi rii dilapangan, sebagaimana berikut :

Kondisi ideal
Kondisi riil
Penilaian otentik dapat menilai kompetensi peserta didik secara utuh
Penilaian otentik belum sepenuhnya dilakukan dengan optimal
Instrumen penilaian dikembangkan oleh guru
Guru kesulitan dalam mengembangkan instrumen
Instrumen penilaian disusun dengan sistematika ilmiah yang terstandar
Banyak guru belum menguasai teknik pengembangn instrumen yang baku dan terstandar
Guru memahami dan menguasai variasi-variasi teknik penilaian
Banyak guru masih belum menguasai teknik-teknik penilaian
Guru dapat menentukan indikator instrumen dari SKL KI KD dengan tepat
Guru kesulitan menjabarkan SKL KI KD ke dalam indikator instrumen
Penilaian dapat mencerminkan kompetensi peserta didik sesuai dengan aspek yang dinilai
Penilaian yang tepat dapat mencerminkan kompetensi peserta didik secara utuh
Karakter peserta didik dapat berkembang dan menjadi lebih baik
Melalui penilaian otentik yang menekankan pada penilaian aspek sikap dapat memacu peserta didik untuk bersikap lebih baik

E.   Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan banyaknya permasalahan yang ada maka ada beberapa alternatif pemecahan masalah yang dapat digunakan :
1.    Pemerintah perlu mengembangkan panduan penilaian yang baku yang dapat dijadikan acuan dalam menilai peserta didik
2.    Instrumen yang dikembangkan disusun dengan memperhatikan kepraktisan
3.    Guru diberi pelatihan khusus mengenai teknik penilaian otentik
4.    Guru diberi pelatihan teknik dan prosedur pengembangan instrumen baku
F.    Prioritas Pemecahan Masalah
Salah satu faktor kekurangan dari penerapan kurikulum 2013 adalah sosialisasi yang singkat sehingga menyebabkan kurang kesiapan pelaksanaannya, maka efeknya timbul berbagai kendala, antara lain: pada komponen isi, ternyata kompetensi dasar yang dirumuskan masih sarat pada dimensi kognitif. Pada komponen penilaian, untuk menilai sikap spiritualitas dan sosial dirasa masih sulit dilaksanakan karena membutuhkan kemauan, kemampuan, kecermatan dan pengawasan dari banyak pihak. 
Berdasarkan hal tersebut dan pembahasn sebelumnya maka prioritas utama pemecahan masalah yang harus diambil adalah :
-      Pemerintah meyediakan instrumen penilaian baku yang dapat menjadi acuan bagi guru
-      Instrumen yang menjadi acuan harus praktis dan tidak membingungkan guru
-      Guru diberi pelatihan khusus mengenai teknik penilaian
-      Guru harus memperbanyak pengetahuan mengenai teknik-teknik penilaian
-      Guru harus memperbanyak pengetahuan mengenai teknik dan prosedur pengembangan instrumen


 Daftar Pustaka
Depdikdas Depok,Makalah, “Pelatihan Kurikulum 2013”.
Jonathan D. Jansen and Vijay Reddy, Curriculum analysis,a reference manual, http://curranal1.pdf.com, diunduh: Ahad, 08/06/2014
Kamus Besar Bahasa Indonesia online,  http://kbbi.web.id/analisis,diunduh Ahad, 7/06/2014.
MGMP PAI SMPKota Bogor: Analisis Dan Usulan Terhadap Isi Kurikulum 2013 (PAI SMP) Serta Strategi Pembelajarannya, www.mgmp-pai.blogspot.com, diunduh Ahad, 08/06/2014
Nur Syam, Kurikulum PAI, www.nursyamsunanampel.ac.id, diunduh Sabtu, 26 September 2013.
Salinan Lampiran Permendikbud No. 68 tahun 2013 tentang kurikulum SMP-MTs, www.kemdikbud.go.id, diunduh Ahad,08/07/2014
Wandie Razif Sutikno, Disain Kurikulum Digital, Yogyakarta: Smart writing, 2013,hlm.6-7.

Comments

Popular posts from this blog

CONTOH PROPOSAL RENOVASI MUSHOLLA

Tanya Jawab tentang Mixed Methode Research