Pendidikan dan Pembinaan Karakter Anak dalam Keluarga TKW (Mini Riset)


Pendidikan dan Pembinaan Karakter Anak dalam Keluarga TKW
di Desa Cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang
oleh :
M. H. Burhanuddinsyah, Lalu Demung Patria, Eris Fahmi, Shara Marsita, Abdul Latif Ahmad, 

Latar Belakang
Mengasuh dan mendidik anak adalah tugas kedua orang tua yakni ayah dan ibu, Ibu mempunyai peran yang sangat penting dalam mendidik anak, karena ibu adalah orang yang selalu mendampingi dan menemani hidup anak dalam lingkungan keluarga. (Adil Fathi Abdullah,  2002 : 12)
 Seorang wanita mempunyai kedudukan penting dalam masyarakat dan memainkan peran penting didalamnya, ia sebagai istri bagi seorang laki-laki dan seorang ibu dari anak-anaknya, seorang ibu akan memelihara anak-anaknya dengan kasih sayang, mengarahkan mereka kepada kejujuran, membimbing mereka dengan pengertian dan kesadaran, mengajarkan mereka dengan sentuhan ruh keibuan yang penuh dengan belas kasih dan cinta. Karena pentingnya kasih sayang atau asuhan seorang ibu maka Jamal Abdurrahman dalam bukunya menyarankan kepada para ibu atau orang tua, jangan titipkan anak-anakmu kepada pembantu atau tempat penitipan anak. Ingatlah, menjadi seorang ibu itu termasuk tanggung jawab besar dan jangan menghindarinya. (Jamal Abdulrahman, 2006 : 67)
Akan tetapi ketika memasuki era globalisasi seperti saat ini, dunia dihadapkan pada perubahan pandangan mengenai fungsi dan status wanita dalam rumah tangga, saat ini banyak seorang wanita  (ibu rumah tangga) ikut berpartisipasi dalam memenuhi kebutuhan keluarga (bekerja di luar rumah). Di kota-kota besar, prosentase wanita yang bekerja hampir menyamai laki-laki yang bekerja, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah, khususnya masalah bagaimana tanggung jawab mereka sebagai orang tua untuk mengasuh atau mendidik serta mendampingi anak-anak mereka.
Sebagai akibat dari kesibukan kedua orang tua dalam mencari nafkah, waktu untuk keluarga berkurang, serta perhatian kepada putra putri tercinta dirumah dapat terabaikan. Kenyataan ini menyebabkan sebagai faktor seorang anak yang sedang tumbuh dimana kepribadiannya tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan yang berlaku. (Kathleen H. Liwijaya Kuntaraf, 1999 : 233)
Ibu yang bekerja diluar rumah tentu mengalami banyak persoalan dalam mengasuh anak-anaknya, diantaranya masalah kurangnya perhatian, kurangnya perhatian tersebut menyebabkan perilaku seorang anak sering murung, nakal dan menutup diri. Melihat kondisi tersebut, maka orang tua harus dapat meluangkan waktu untuk mendidik dan tetap memperhatikan perkembangan serta mengawasi perilaku anak meskipun orang tua itu bekerja diluar rumah.
Dengan demikian betapa pentingnya peran keluarga khususnya peran orang tua dan lebih khusus lagi seorang ibu dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya. persoalan sekarang adalah orang tua yang dihadapkan dengan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan keluarga (bekerja), bagaimana orang tua mengasuh anak-anaknya yang dihadapkan persoalan-persoalan tersebut, sehingga mampu menumbuhkan kepribadian anak menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap positif, berkepribadian yang kuat dan mandiri, potensi jasmani dan rohani serta memiliki intelektual yang berkembang secara optimal.
Desa cukil Kabupaten Semarang merupakan salah satu desa diperbatasan Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga yang sebagian penduduk perempuannya bekerja sebagai tenaga kerja wanita (TKW) di luar negeri. Motivasi menjadi TKW pun berbeda-beda, sebagian menjadi TKW atas kemauan sendiri untuk mencari pengalaman, namun kebanyakan beralasan menjadi TKW karena himpitan ekonomi.
Fenomena ini tentunya berpengaruh terhadap pola pendidikan terhadap anak, fungsi ibu yang awalnya menjadi tempat belajar dan pengasuh utama digantikan oleh ayah atau nenek atau keluarga dari saudara (Budhe/Bulek).  Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana keluarga TKW mempersiapkan pendidikan anak dan bagaiman pola pembinaan karakter terhadap anak.



Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Lokasi penelitian terletak di desa Cukil Kecamatan Tengaran Kebupaten Semarang. teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara,dan dokumentasi. Subjek penelitian adalah pengasuh dalam hal ini adalah ayah, nenek atau budhe dari keluarga TKW di desa Cukil.  Teknik penentuan responden menggunakan teknik snowball, yaitu dari satu responden memberikan saran nama lain untuk menjadi responden. Informan dalam penelitian ini adalah perangkat desa Cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.  
Penelitian ini dilakukan pada 09 Desember 2014 di desa cukil Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, dengan 3 orang sebagai responden, pertama Ibu Suharni (45 tahun) adalah ibu dari Wiwi Handayani (27 tahun) TKW di Hongkong. Kedua, Bapak Margono suami dari Sumiarti (50 tahun) TKW di Taiwan. Ketiga, Sri Mamik Lestari (28 tahun) TKW di Hongkong, kebetulan sedang pulang.
 
Hasil dan Pembahasan
. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa motivasi menjadi TKW lebih banyak dikarenakan alasan ekonomi mulai untuk kesejahteraan keluarga, membantu keuangan suami, dan juga untuk menyiapkan pendidikan anak menjadi lebih baik, disamping itu gaji yang sedikit di Indonesia turut berperan dalam memperbesar alasan kenapa seorang ibu bersedia menjadi TKW.
Pengawasan terhadap sikap dan pendidikan anak keluarga TKW masing-masing mempunyai cara yang berbeda-beda, disamping ayah, nenek atau budhe sebagai pengasuh yang selalu mengawasi dan memantau perkembangan sikap dan pendidikan anak, peneliti menemukan dalam beberapa keluarga ternyata walaupun bekerja di luar negeri ibu tetap berusaha melakukan kontrol dan pengawasan terhadap anak melalui telepon, seperti pada keluarga Ibu Sri Mamik Lestari (28th) saat menjadi TKW selalu menyempatkan setidaknya 3 kali dalam satu minggu menelepon keluarga untuk menanyakan kondisi sang anak, sikap dan bagaimana pendidikannya. Ini juga dilakukan keluarga ibu Wiwi Handayani (27th) sebagaimana disampaikan oleh Suharni (45th) ibu dari Wiwi yang menceritakan bahwa Wiwi selalu menelepon sang anak setiap hari pada pukul 10.00 WIB pagi untuk menanyakan kabar dan mengontrol sikap anak sehari-hari. Ini menunjukkan bahwa tidak semua ibu yang menjadi TKW di luar negeri kemudian lepas tangan tanpa memperdulikan kondisi dan pendidikan anaknya.
Upaya pemenuhan pendidikan anak dari ketiga responden yang ditemui peneliti hampir semua keluarga TKW mempersiapkan pendidikan anaknya dengan baik dibuktikan dari keluarga ibu Wiwi (27th) dimana sang nenek sebagai pengasuh sudah mempersiapkan pendidikan cucunya yang berusia 2,5 tahun untuk masuk PAUD. Hal ini juga terlihat pada keluarga ibu Sri Mamik Lestari yang mempunyai harapan dan berusaha mempersiapkan pendidikan anaknya hingga bangku kuliah. Keluarga Ibu Sumiarti (50th) pun demikian sebagaimana disampaikan Bapak Margono sebagai suami yang mengasuh anak juga memperhatikan pendidikan anak dengan baik. Pak Margono menyekolahkan anak mulai TK dan sekarang sudah lulus dari SMK dan sudah mulai bekerja sendiri. Temuan ini menunujukkan bahwa keluarga TKW meskipun ibu sebagai pengasuh utama tidak ada, namun keluarga TKW sangat memperdulikan pendidikan anaknya dan dapat dikatakan bagus dalam upaya mempersiapkan pendidikan anak mereka.  
            Upaya pembinaan karakter masing-masing keluarga TKW berbeda dalam memberikan pembinaan, pada keluarga Ibu Wiwi, nenek (Suharni) sebagai pengasuh mengajari cucunya yang berusia 2,5 tahun untuk bersikap baik dan sopan dalam berperilaku maupun bertutur kata. Berbeda pada keluarga Ibu Sumiarti sebagaimana disampaikan bapak Margono bahkan pernah berusaha memasukkan anaknya ke pondok pesantren dengan harapan agar anaknya mempunyai akhlak yang lebih baik, namun karena ada ketidak setujuan istri maka tidak jadi. Selain itu bapak Margono juga memberikan teguran jika anak bermain tanpa ingat waktu dan ibadah, disamping itu terkadang pak Margono mengajak anak untuk beribadah bersama walaupun tidak sering,  Bapak Margono.juga mengungkapkan tidak jarang terjadi perbedaan pendapat antara bapak dan  anaknya. Hal yang hampir sama diungkapkan oleh ibu Sri Mamik yang menceritakan terkadang ada perbedaan pendapat dengan anak, diantaranya saat waktunya belajar namun anak masih ingin bermain. Di samping itu ibu Sri Mamik dalam upaya pembinaan karakter anaknya, selalu menekankan anaknya sedari kecil untuk tidak takut untuk berkata jujur walaupun apa yang disampaikan adalah pahit. Upaya-upaya pembinaan karakter yang dilakukan keluarga TKW tersebut cukup baik walupun masih ada kendala-kendala yang dialami, selain itu faktor-faktor dari lingkungan turut mempengaruhi karakter anak.

Kesimpulan
Terdapat beberapa alasan kenapa seorang ibu bersedia menjadi TKW diantaranya karena alasan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, membantu suami dan mempersiapkan kebutuhan pendidikan anak, selain itu gaji yang sedikit di Indonesia juga menjadi alasan mengapa seseorang bekerja di luar negeri.
Pengawasan yang dilakukan oleh keluarga TKW yang menjadi responden cukup baik, disamping itu upaya mempersiapkan pendidikan terhadap anak juga dapat dikatakan baik, karena sudah dipersiapkan sejak dini.
Pembinaan karakter terhadap anak juga cukup baik walaupun ada kendala-kendala yang dihadapi. Faktor lingkungan juga turut mempengaruhi dalam mempengaruhi karakter anak. 



Daftar Pustaka
Abdurraman, Jamal,  2006, Atfalul Muslimin kaifa Robbahum Annabiyin Amin , Terj. Nurul Mukhlisin,, Cara nabi Menyiapkan Generasi, Surabaya: Elba.
Abdullah, Adil Fathi,  2002, Menjadi Ibu dambaan Umat, Jakarta: Gema Insani.
Kuntaraf, Kathleen H. Liwijaya dan Jonathan Kuntaraf, 1999,  Komunikasi Keluarga Kunci Kebahagiaan Anda,  Indonesia Publishing House.

Comments

Popular posts from this blog

CONTOH PROPOSAL RENOVASI MUSHOLLA

Tanya Jawab tentang Mixed Methode Research