LANDASAN EKONOMI DALAM PENDIDIKAN


LANDASAN EKONOMI DALAM PENDIDIKAN

A.    Pendahuluan
            Pendidikan merupakan pondasi utama dalam membangun kualitas manusia. Pendidikan juga memainkan peranan penting dalam menata nilai-nilai sosial dalam masyarakat. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang dapat memberi pengaruh dan inspirasi besar pada peserta didiknya. Pendidikan dapat berjalan baik selain karena faktor guru juga terpenuhinya sarana dan prasarana yang memadai.
            Sarana dan prasarana yang memadai akan dapat mengakomodasi segala keperluan pendidik dan peserta didik agar dalam proses belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif. Terpenuhinya sarana dan prasarana dalam pendidikan tidak terlepas dari kondisi ekonomi lembaga pendidikan tersebut. Lembaga pendidikan yang kondisi ekonominya kuat selalu memperbarui sarana dan prasarana penunjang pendidikan yang lebih lengkap dibanding lembaga pendidikan yang kondisi ekonominya lemah.
            Secara kasat mata perbedaan ini bisa dilihat dari kondisi gedung, kelas, kantor, media pembelajaran, dan lingkungan yang ada dalam suatu lembaga pendidikan. Sekolah yang ekonominya kuat bisa dilihat dari gedungnya yang besar, ruangan kelas yang representatif dengan berbagai fasilitas penunjang yang baik, diantaranya papan tulis, LCD, AC, media tempel untuk karya peserta didik dan berbagai fasilitas yang lain. Sebaliknya sekolah yang ekonominya lemah, alih-alih gedung besar dan megah, bahkan ruangan kelaspun hanya tersedia apa adanya tanpa fasilitas yang memadai, bahkan sering kita jumpai di media cetak maupun media elektronik tentang liputan banyaknya kondisi sekolah yang memprihatinkan, mulai ruangan kelas yang belum mempunyai meja dan kursi, tembok retak yang membahayakan peserta didik, gedung yang atapnya ambrol, sehingga tidak jarang memaksa siswa untuk belajar diluar kelas, entah di rumah warga, masjid bahkan di area pemakaman seperti kasus beberapa waktu lalu di tanjungteja kabupaten serang banten. (metropolitan.com)   
            Permasalahan lain yang berhungungan dengan ekonomi dalam pendidikan adalah biaya pendidikan yang semakin meningkat mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Hal ini akan memperlemah kemampuan orang tua dalam menyekolahkan anak-anaknya. Tingginya angka tidak melanjutkan sekolah, dapat menjadi indikator lemahnya kemampuan ekonomi orang tua dalam melanjutkan pendidikan anak-anaknya. Ini menunjukkan bahwa ada persoalan mendasar, yaitu sebagian besar  dari penduduk Indonesia belum menikmati pendidikan yang sesungguhnya adalah hak dan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh negara.    Di sisi lain lemahnya dukungan finansial dari pemerintah. Sekalipun secara konstitusional telah ditetapkan besaran 20% dana APBN dan APBD untuk pendidikan, tetapi hal ini masih sangat sulit untuk dapat diwujudkan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Setiap daerah otonom memiliki kemampuan keuangan daerah yang tidak sama. Kesenjangan antar daerah  baik karena faktor ekonomi maupun geografis inilah yang dapat menimbulkan ketidakpastian standar mutu yang dapat dicapai.
          
B.    Pembahasan
1.      Peran ekonomi dalam pendidikan
Peran ekonomi dalam pendidikan dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi makro dan dimensi mikro.
a.       Dimensi makro
          Alasan pemerintah Indonesia menetapkan pembangunan dibidang ekonomi pada pembangunan jangka panjang karena pertama ekonomi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, kedua agar tidak kalah bersaing dalam era globalisasi saat ini. Hal ini mengakibatkan munculnya berbagai usaha baru, pabrik-pabrik baru, badan-badan perdagangan baru, dan badan-badan jasa baru. Sehingga jumlah konglomerat semakin banyak walaupun orang miskin tetap ada, disamping itu pertumbuhan ekonomi menjadi tinggi dan penghasilan negara bertambah.
          Perkembangan ekonomi secara makro ini juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan, diantaranya banyak orang kaya yang secara sukarela bersedia menjadi orang tua angkat bagi anak-anak yang tidak mampu bersekolah. Sikap mulia ini patut diapresiasi dengan baik, bukan hanya bersifat kemanusiaan, melainkan juga secara tidak langsung ikut menyukseskan program wajib belajar 9 tahun. Sikap ini perlu dicontoh oleh orang-orang kaya yang belum menjadi orang tua angkat bagi anak-anak yang tidak mampu bersekolah.
          Perkembangan lain adalah terlaksananya sistem ganda dalam pendidikan, yaitu berupa kerjasama antara lembaga pendidikan dengan para pengusaha yang turut andil dalam proses belajar mengajar peserta didik dengan cara menyediakan fasilitas, alat-alat dan media belajar yang tidak dimiliki sekolah karena keterbatasan sekolah tersebut. Sistem ganda ini diadakan dalam rangka pengembangan keterampilan peserat didik. Dalam sistem ini peserta didik belajar di dua tempat yaitu di sekolah dan di perusahaan.
          Implikasi lain dari keberhasilan pembangunan ekonomi secara makro adalah munculnya sekolah-sekolah unggul. Sekolah ini didirikan oleh orang-orang kaya sebagai bentuk perhatian mereka terhadap pendidikan Indonesia.   
b.      Dimensi mikro
          Menurut Satmoko (1999: 109) Peran ekonomi secara mikro dapat dibuktikan bahwa orang memandang kehidupan dapat meningkat atau menurun karena terkait erat dengan perekonomian. Jarang orang  mengaitkan naik turunnya tarf kehidupan sesorang itu dengan tingkat kedamiaan hati, kebahagiaan keluarga, kejujuran dan kesucian hidup seseorang. 
          Umumnya tingkat perekonomian keluarga mempengaruhi perencanaan pendidikan yang dibuat orang tua tentang arah pendidikan anaknya. Secara sadar atau tidak orang tua dalam merencanakan pendidikan bagi anak-anaknya menggunakan pendekatan nilai imbalan. Pendekatan ini digunakan untuk mencari keseimbangan antara keuntungan dan kerugian. Prinsip untung rugi dipakai oleh mereka yang rasional dalam memutuskan bagaimana sebaiknya membelanjakan uangnya agar keinginanannya tercapai.
          Tingkat kehidupan lembaga pendidikan pun sangat ditentukan oelh kondisi ekonominya masing-masing. Lembaga pendidikan yang kaya akan bisa hidup leluasa karena terpenuhinya semua jenis pembiayaan. Sebaliknya lembaga pendidikan yang miskin sangat sulit bergerak, menggaji guru atau dosen saja masih sulit apalagi merencanakan kegiatan dan acara besar, membuat gedung atau membeli perlengkapan belajar yang canggih sangat tidak mungkin dilaksanakan.
          Lembaga pendidikan di Indonesia sebagian besar masih lemah ekonominya, walaupun sudah mempunyai gedung tetapi masih minim perlengkapan belajarnya. Disamping itu lemahnya ekonomi juga mempengaruhi kesejahteraan para guru dan dosen di dalamnya, terlebih lagi para guru yang ada di desa-desa yang keadaannya sangat menyedihkan sehingga sebagian besar terpaksa mencari pekerjaan sambilan di luar sekolah untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Sementara itu orang-orang kaya tampaknya tidak bersedia membantu secara kontinue lembaga-lambaga pendidikan ini dalam bentuk uang. Mereka lebih memilih mendirikan sekolah sendiri, yaitu sekolah unggulan daripada memberikan uang kepada sekolah-sekolah dalam jangka waktu yang tidak terbatas.  

2.      Fungsi produksi dalam pendidikan
     Fungsi produksi dalam pendidikan adalah hubungan antara Output dengan Input. Jadi suatu organisasi pendidikan dikatakan produktif jika paling sedikit memiliki keseimbangan antara Output dengan Input
     Thomas (dalam Pidarta, 2013) membagi fungsi produksi dalam pendidikan menjadi tiga bagian, yaitu :   
a.       Fungsi produksi administrasi
          Inputnya adalah segala sesuatu yang menjadi wahana dan proses pendidikan, meliputi :
1)      Prasarana dan sarana belajar, termasuk ruangan kelas. Penilaian untuk dapat diuangkan adalah atas dasar luas dan kualitas bahan bangunan.
2)      Perlengkapan belajar, media, dan alat peraga baik di dalam kelas maupun laboratorium, yang dihitung harganya dalam bentuk uang.
3)      Buku-buku dan bentuk material lainnya seperti film, disket, compact disc, juga dinilai dalam bentuk uang.
4)      Barang-barang habis pakai seperti zat-zat kimia dalam laboratorium, kapur, kertas, alat tulis dan sebagainya yang dihitung dalam wujud uang.
5)      Waktu guru bekerja dan personalia lainnya yang dipakai dalam memproses peserta didik, yang juga dinilai dalam bentuk uang.
     Kelima jenis input di atas setelah dinilai dalam bentuk uang, kemudian dijumlahkan. Sedangkan output dalam fungsi produksi ini adalah berbagai layanan dalam bentuk memproses peserta didik. Layanan-layanan ini dihitung lewat sistem kredit semester atau SKS dan lama peserta didik. Keduanya dalam bentuk uang.
b.      Fungsi produksi psikologi
     Input pada fungsi produksi ini sama dengan input pada fungsi produksi administrasi, sedangkan outputnya adalah semua hasil belajar siswa, meliputi peningkatan kepribadian, pengarahan dan pembentukan sikap, penguatan kemauan, peningkatan estetika, penambahan pengetahuan, ilmu dan teknologi, penajaman pikiran, dan peningkatan keterampilan.
     Menghitung keseimbangan antara output dan input Fungsi produksi psikologi cukup sulit, karena tidak mudah untuk mengkuantifikasi dan menguangkan aspek-aspek psikologi. Sehingga harga output dari fungsi produksi ini dilihat dari kegunaan peserta didik dan lulusannya di masyarakat serta kecocokannya dengan norma dan konsdisi masyarakat.
c.       Fungsi produksi ekonomi
Input dari fungsi produksi ekonomi yaitu :
1)      Semua biaya pendidikan, seperti pada input fungsi produksi administrasi.
2)      Semua uang yang dikeluarkan secara pribadi untuk keperluan pendidikan, seperti uang saku, transportasi, membeli buku, alat tulis, dan sebagainya selama masa belajar.
3)      Uang yang mungkin diperoleh lewat bekerja selama belajar atau kuliah, tetapi tidak didapat sebab waktu tersebut digunakan untuk belajar atau kuliah.
Adapun output dari fungsi produksi ekonomi adalah :
1)      Tambahan penghasilan peserta didik jika sudah tamat dan bekerja, manakala orang ini sudah bekerja sebelum kuliah.
2)      Apabila belum pernah bekerja sebelumnya, maka output-nya adalah gaji yang diterima setelah tamat dan mulai bekerja.
     Menurut Kotler (1985), fungsi produksi ekonomi ini bertalian erat dengan marketing. Marketing adalah analisis, perencanaan, implementasi, dan pengawasan untuk memberikan perubahan nilai, dengan target pasar sebagai tujuan lembaga pendidikan.
     Marketing mencakup mendesain penawaran, menetukan kebutuhan atau kebutuhan pasar dalam hal ini calon peserta didik, dan menentukan harga efektif, mengadakan komunikasi, distribusi, dan meninfkatkatkan motivasi serta layanan.


Keuntungan dari marketing dalam pendidikan adalah :
1)    Misi pendidikan terselenggara lebih sukses, karena diisi dengan program yang menarik.
2)    Meningkatkan kepuasan masyarakat.
3)    Meningkatkan daya tarik terhadap calon peserta didik, donatur, dan sebagainya.
4)    Meningkatkan efisiensi kegiatan pemasaran.
Sedangkan kelemahan dari marketing dalam pendidikan adalah :
1)   Lembaga pendidikan cenderung menjadi usaha dagang untuk mendapatkan keuntungan uang
2)   Idealisme pendidikan cenderung diabaikan

3.      Peran dan fungsi ekonomi dalam menunjang kelancaran proses pendidikan
     Peranan ekonomi dalam pendidikan cukup menentukan tetapi bukan sebagai pemegang peranan penting, sebab ada hal lain yang lebih menentukan hidup matinya dan maju mundurnya suatu lembaga pendidikan dibandingkan dengan ekonomi,  yaitu dedikasi, keahlian dan keterampilan pengelola dan guru-gurunya. Inilah yang merupakan kunci keberhasilan suatu sekolah atau perguruan tinggi. Artinya apabila pengelola dan guru-guru atau dosen-dosen memiliki dedikasi yang memadai, ahli dalam bidangnya dan memiliki ketrampilan yang  cukup dalam melaksanakan tugasnya, memberi kemungkinan lembaga pendidikan akan sukses melaksanakan misinya walaupun dengan ekonomi yang tidak memadai.
     Fungsi ekonomi dalam pendidikan adalah menunjang kelancaran proses pendidikan. Bukan merupakan modal yang dikembangkan untuk mendapatkan keuntungan yang berlimpah, disini peran ekonomi dalam sekolah juga merupakan salah satu bagian dari sumber pendidikan yang membuat anak mampu mengembangkan kognisi, afeksi, psikomotor untuk menjadi tenaga kerja yang handal dan mampu menciptakan lapangan kerja sendiri, memiliki etos kerja dan bisa hidup hemat. Selain sebagai penunjang proses pendidikan ekonomi pendidikan juga dapat berfungsi sebagai materi pelajaran dalam masalah ekonomi dalam kehidupan manusia.
Dengan demikian kegunaan ekonomi dalam pendidikan  terbatas pada hal-hal:
a.       Untuk membeli keperluan pendidikan yang tidak dapat dibuat sendiri atau bersama siswa, orang tua, masyarakat, atau yang tidak bisa dipinjam dan ditemukan di lapangan, seperti sarana dan prasarana, media, alat peraga, barang habis pakai , dan lain sebagainya.
b.      Membiayai segala perlengkapan gedung seperti air, listrik, telepon, televisi, dan sebagainya.
c.       Membayar jasa segala kegiatan pendidikan seperti pertemuan-pertemuan, perayaan-perayaan, pertemuan ilmiah, dan sebagainya.
d.      Untuk materi pelajaran pendidikan ekonomi sederhana bagi siswa agar dapat bereprilaku hidup hemat, bersikap efisien, memilki keterampilan produktif, etos kerja tinggi, dan mengerti prinsio-prinsip ekonomi.
e.       Untuk memenuhi kebutuhan dasar dan keamanan personalia pendidikan.
f.       Meningkatkan motivasi kerja.
g.       Membuat para personalia pendidikan lebih bergairah bekerja.
     Peran dan fungsi ekonomi pendidikan diatas tentunya tidak akan berjalan efektif jika tanpa adanya dana, padahal dana pendidikan di Indonesia sangat terbatas, oleh karena itu ada kewajiban lembaga pendidikan untuk memperbanyak sumber-sumber dana pendidikan yang mungkin bisa diperoleh, di antaranya:
a.       Dari pemerintah dalam bentuk proyek pembangunan, penelitian dan sebagainya.
b.      Kerjasama dengan instansi lain, baik pemerintah, swasta maupun dunia usaha. Kerja samanya  dalam bidang penelitian, pengabdian pada masyarakat.
c.       Membentuk pajak pendidikan. Program ini bisa dirancang bersama antara lembaga pemerintah setempat dan masyarakat, dengan cara ini bukan saja orang tua siswa yang membayar dana pendidikan tetapi semua masyarakat.
d.      Usaha-usaha lainya. Seperti mengadakan pentas seni keliling, membuat bazar, mendirikan kafetaria, mendirikan koperasi sekolah, mencari donatur tetap, dan sebagainya.
Sedangkan jenis pembiayaan pendidikan dibagi tiga, yaitu :
a.       Dana rutin adalah dana yang dipakai untuk membiayai kegiatan rutin seperti gaji pendidikan pengabdian masyarakat, penelitian dan sebagainya.
b.      Dana pembangunan, adalah dana yang dipakai untuk membiayai pembangunan fisik diberbagai bidang, seperti membangun prasarana dan sarana, alat belajar, media, dan kurikulum baru.
c.       Dana bantuan masyarakat, digunakan untuk membiayai hal-hal yang belum dibiayai oleh dana rutin dan dana pembangunan.
d.      Dana usaha lembaga sendiri yang penggunaanya untuk membiayai hal-hal yang belum dibiayai oleh dana rutin dan dana pembangunan.
     Adapun dalam pengelolaan dan perencanaan sumber dana, maka ada tiga macam perencanaan biaya pendidikan yaitu:
a.       Perencanaan sacara tradisional, yaitu merencanakan masing-masing kegiatan pendidikan, kemudian masing masing kegiatan tersebut ditentukan biayanya.
b.      SP4 (Sistem Perencanaan Penyusunan Program Dan Penganggaran): Pengaturan jenis-jenis kegiatan dalam pendidikan diatur dalam system, alokasi dana disusun berdasarkan realita, dan semua kegiatan ditujukan pada pencapaian target dan tujuan pendidikan.
c.       ZBB (Zero Base Budenganeting), hanya diatur untuk satu tahun anggaran dan tiap-tiap kegiatan ditentukan biaya minimum.
4.      Efisiensi dan efektifitas dana pendidikan
     Penggunaan dana pendidikan disebut efisien  apabila dana yang digunakan sesuai atau lebih kecil daripada yang telah direncanakan dan menghasilkan layanan layanan serta produksi pendidikan yang sama atau melebihi rencana semula. Adapaun faktor utama dalam menentukan tingkat keefesienannya adalah penggunaan uang, proses kegiatan dalam pendidikan, dan hasil kegiatan yang telah dilakukan. Sedangkan penggunaan dana disebut efektif apabila dengan dana tersebut tujuan pendidikan yang telah direncanakan semula dapat dicapai dengan kuantitas dan kualitas yang sama atau melebihi dari yang direncanakan.

5.      Implikasi landasan ekonomi dalam pendidikan
     Konsep-konsep pendidikan yang dapat dikembangkan dari pembahasan mengenai landasan ekonomi adalah sebagai berikut :
a.       Dalam upaya membentuk SDM yang produktif, maka : (1) sistem pendidikan, struktur, kurikulum, dan jumlah serta jenis pendidikan diatur kembali, (2) biaya pendidikan ditingkatkan, (3) poin 1 dan 2 diorientasikan pada kebutuhan pengembangan ekonomi yang didasarkan pada teknologi tinggi, fleksibilitas, dan mobilitas angkatan kerja
b.      Tiap-tiap lembaga pendidikan diupayakan agar mampu menghidupi diri sendiri, dengan cara mencari sumber-sumber dana tambahan sebanyak mungkin, disamping menerima dana dari pemerintah atau yayasan
c.       Dana pendidikan perlu dikelola secara profesional, pelaksanaanya diawasi secara ketat, dan dipertanggungjawabkan dengan bukti-bukti yang sah
d.      Semua penggunaan dana pada setiap kegiatan perlu dilakukan secara efisien dan efektif
e.       Pengembangan konsep fungsi produksi dalam pendidikan adalah untuk memudahkan menentukan efisiensi pendidikan.
f.       Faktor-faktor utama yang diperhatikan dalam menentukan tingkat efisiensi pendidikan adalah
1)      Penggunaan uang
2)      Proses kegiatan
3)      Hasil kegiatan


C.    Kesimpulan
            Dalam dunia pendidikan, faktor ekonomi bukan sebagai pemegang peran yang utama, melainkan sebagai pemeran yang cukup menentukan keberhasilan pendidikan, adapun faktor yang paling menentukan kehidupan dan kemajuan pendidikan adalah dedikasi, keahlian, dan keterampilan pengelola dan pendidik di lembaga pendidikan tersebut
            Fungsi ekonomi pendidikan adalah
(1) untuk menunjang kelancaran proses pendidikan,
(2) sebagai bahan pelajaran untuk membentuk manusia ekonomi
            Manusia ekonomi yang dimaksud adalah manusia yang dalam kehidupannya memiliki
(1) etos kerja tinggi,
(2) kebiasaan bekerja dengan sempurna, tidak setengah-setengah,
(3) bersifat produktif,
(4) biasa hidup hemat, dan
(5) biasa hidup efisien




Daftar Pustaka
Made, Pidarta, Landasan Kependidikan ; Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia, ed. 3 cet. 3, Jakarta : Rineka Cipta , 2013.
Satmoko, Retno Sriningsih. Landasan Kependidikan (Pengantar ke arah Ilmu Pendidikan Pancasila). Semarang: CV. IKIP Semarang Press. 1999.
Metropolitan.co/2014/03/12/siswa-mts-belajar-di-makam di akses tanggal 25/10/2014 13:39 WIB

Comments

Popular posts from this blog

CONTOH PROPOSAL RENOVASI MUSHOLLA

Tanya Jawab tentang Mixed Methode Research