TEKNIK SUPERVISI KELOMPOK
TEKNIK SUPERVISI KELOMPOK
A.
Pengertian teknik supervisi kelompok dalam pendidikan
Teknik supervisi kelompok adalah suatu
pembinaan terhadap sejumlah guru oleh satu atau beberapa supervisor. Sejumlah
guru yang pada umumnya memiliki kualifikasi relatif sama mendapat bimbingan
oleh seorang supervisor atau beberapa supervisor yang biasanya memiliki
spesialisasi yang berbeda. Masing-masing supervisor ini memberikan materi atau
membahas sesuatu yang berbeda-beda, yang semuanya bertalian satu dengan yang
lain. Atau dapat juga suatu topik tertentu sebagai materi yang dibahas ditinjau
dari berbagai sudut pandang oleh masing-masing supervisor itu.
Dalam supervisi kelompok dihidangkan suatu
materi atau sekelompok materi kepada sekelompok guru yang mengikuti supervisi
ini. Sekelompok materi yang dihidangkan itu diterima bersama oleh guru-guru,
dibahas bersama, dan disimpulkan bersama. Semuanya dilakukan di bawah asuhan
satu atau beberapa supervisor. Sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama
dapat dibina sejumlah guru.[1]
Pada dasarnya munculnya supervisi kelompok
tidak dipicu oleh supervisi individual yang kurang efisien dibandingkan dengan
supervisi kelompok, melainkan lebih disebabkan oleh kebutuhan, yaitu kebutuhan
membina sejumlah guru secara bersama karena memiliki kebutuhan yang relatif
sama. Adapun masalah efisiensi adalah hanya merupakan konsekuensi saja dari
pembinaan berkelompok itu. Karena sejumlah guru dibina bersama otomatis
pikiran, tenaga, dan biaya akan menjadi lebih rendah dibandingkan kalau membina
guru sendiri-sendiri. Dalam dunia pendidikan, efisiensi selalu dinomorduakan
dari keefektivan. Yang dikejar oleh dunia pendidikan adalah keefektivan,
efektif dalam proses dan efektif dalam hasil. Tidak banyak manfaatnya suatu pekerjaan bersifat efisien
tetapi tidak efektif. Memakai uang sedikit tetapi tujuan pekerjaan tidak
tercapai adalah sia-sia. Jadi, pencapaian tujuan lebih penting daripada jumlah
dana yang dipakai, keefektivan lebih diutamakan daripada efisiensi. Sehingga
supervisi kelompok ini muncul bukan melulu disebabkan oleh tingkat efisiensinya
bagus, melainkan karena teknik ini efektif.
Teknik ini dikatakan efektif, sebab ia
melibatkan sejumlah guru dan beberapa supervisor berbicara dan berdiskusi
bersama, yang menghasilkan sesuatu. Hasil pemikiran dan pertimbangan orang
banyak biasanya lebih baik daripada hasil pemikiran satu atau dua orang. Tetapi
tidak berarti teknik supervisi kelompok lebih efektif dibandingkan teknik
supervisi individual. Sebab kalau sesuatu kasus yang sifatnya individual tidak
dapat diselesaikan secara bersama, ia harus dipecahkan secara individual juga.
Dengan kata lain, baik supervisi kelompok maupun supervisi individual sama-sama
memiliki keefektifan sendiri-sendiri.
Teknik supervisi kelompok dibutuhkan
ketika sekelompok guru membutuhkan sesuatu yang sama pada waktu yang sama.
Guru-guru yang memiliki kebutuhan sama ini lalu dikumpulkan untuk disupervisi.
Supervisor atau beberapa supervisor yang berkepentingan dengan pengembangan
guru ini atau spesialisasinya cocok dengan kebutuhan guru ini, tampil untuk
melaksanakan supervisi itu. Sehingga pembicaraan dan diskusi dalam kelompok itu
dapat berjalan dengan dinamis, lancar, dan menggembirakan. Misalnya sekelompok
guru muda atau junior yang memegang mata pelajaran matematika tidak paham akan
kemunculan rumus tertentu dan tidak tahu pula bagaimana menerapkannya, akan
meminta bantuan supervisor bidang studi matematika untuk menunjukkan dan
membahas kesulitan guru ini.
Hasil supervisi ini diharapkan dapat
memberi kecerahan tentang matematika yang tidak dipahami tadi. Contoh lain,
sekelompok guru tari ingin mengajarkan tari Bali, tetapi tidak paham dan tidak
terampil menari Bali, akan disupervisi bersama tentang itu sekaligus cara
mengajarkannya kepada para siswa. Supervisi berakhir setelah kelompok guru ini
paham dan terampil mengajarkan tari Bali. Jadi suatu supervisi kelompok akan
diadakan kalau ada sejumlah guru yang membutuhhkan pembinaan untuk
kelemahan-kelemahan yang sama, atau pengelola sekolah dan atau kepala kantor
pendidikan memandang perlu meningkatkan kinerja guru dalam unsur tertentu untuk
kepentingan kemajuan pendidikan.[2]
Dalam teknik supervisi kelompok yang
dilakukan adalah :
a.
Supervisor memaparkan konsep supervisi pengajaran dengan cara
mengumpulkan guru dalam satu ruangan tertentu untuk menggali konsep tentang supervisi
pengajaran seperti :
a.
Apa dan mengapa dilakukan supervisi
b.
Model supervisi pengajaran apa yang disepakati bersama
c.
Pendekatan supervisi pengajaran yang akan dilakukan misalnya supervisi klinis, kesejawatan,
artistic, dan sebagainya
d.
Kegiatan atau langkah supervisi pengajaran yang disepakati bersama
e.
Aspek-aspek yang akan disupervisi
b.
Supervisor meminta guru melakukan diskusi kelompok dengan cara :
a.
Membagi peserta berdasarkan spesifikasi bidang studi (IPA, IPS,
Matematika, dan Bahasa Indnesia)
b.
Supervisor memandu peserta mendiskusikan tentang kelemahan dalam
praktik supervisi selama ini, model dan pendekatan supervisi yang ideal, ciri
supervisor yang baik, membuat format analisis supervisi pengajaran atau format laporan hasil supervisi sebagai
bahan praktik supervisi esok harinya, dan mendiskusikan kisah menarik
c.
Diskusi dilakukan secara kelompok dan hasil kerja tiap-tiap
kelompok ditulis dan ditempel di dinding
c.
Presentasi hasil diskusi kelompok dengan cara :
a.
Tiap kelompok secara bergiliran melaporkan hasil diskusinya
b.
Kelompok kedua dan
seterusnya meyebutkan apa saja yang belum disebut oleh kelompok sebelumnya
c.
Tiap kelompok diminta
memberi komentar terhadap laporan kelompok lainnya
d.
Supervisor dapat memberi komentar bila dirasa perlu
d.
Praktik melakukan supervisi pengajaran ke sekolah dengan cara :
a.
Peserta ditugaskan melakukan praktik supervisi pengajaran di kelas
yang sudah ditentukan bersama
b.
Tugas supervisi dilakukan secara individu
c.
Peserta dibagi dalam beberapa kelompok saat melakukan tugas
supervisi ke kelas
d.
Waktu saat melakukan supervisi sesuai kesepakatan mengacu kepada
jam pelajaran yang tersedia
e.
Analisis hasil supervisi dilakukan supervisor memandu peserta untuk
melakukan analisis dan membuat laporan praktik supervisi yang baru saja
dilakukan seperti :
a.
Praktik mengajar IPA, IPS, Matematika, dan Bahasa Indonesia
b.
Membuat laporan praktik berdasarkan format yang telah disepakati
c.
Pembuatan laporan dibuat secara individu
d.
Hasil kerja tiap-tiap individu ditulis dalam format berikut dan
hasilnya ditempel di dinding.[3]
Sebelum proses supervisi kelompok dimulai,
disiapkan dulu supervisor yang akan menangani. Banyak supervisor yang disiapkan
bisa seorang dan bisa juga lebih dari satu orang. Hal itu tergantung kepada
macam materi yang akan dibahas dalam supervisi itu. Dalam supervisi kelompok
bidang studi sejenis, barangkali cukup satu supervisor yang perlu disiapkan.
Tetapi dalam supervisi kelompok bidang studi IPA misalnya tidak cukup disiapkan
satu supervisor terutama kalau yang disupervisi guru-guru SMP atau SMA. Bidang
studi itu pada kedua jenjang pendidikan ini pembahasannya sudah cukup dalam,
sehingga membutuhkan paling sedikit 3 supervisor, yaitu supervisor fisika,
supervisor biologi, dan supervisor kimia. Begitu pula halnya dengan kalau
mengadakan supervisi kelompok bidang seni suara, paling sedikit membutuhkan 2
supervisor, yaitu supervisor yang ahli dalam nyanyian daerah dan yang ahli
dalam nyanyian nasional.
Supervisi kelompok ini tidak hanya
membicarakan materi pelajaran dan proses pembelajaran saja seperti kebanyakan
pada supervisi individual, tetapi juga membahas tentang upaya-upaya
meningkatkan profesi guru. Upaya yang dimaksud antara lain adalah cara-cara
agar guru berdedikasi pada tugasnya, meningkatkan kepribadian, benar-benar
belajar seumur hidup, bisa bekerja sama secara baik dengan orang tua siswa,
bisa menganalisa kondisi daerah dalam rangka melaksanakan kurikulum lokal, bisa
menjadi agen pembaruan masyarakat, dan sebagainya.
Setelah persiapan selesai dilaksanakan,
yaitu menyiapkan para supervisor dengan materi masing-masing dan memberi tahu
guru-guru yang akan di supervisi, maka supervisi pun diadakan. Supervisi
biasanya dilaksanakan dalam suatu gedung tertentu, bisa di sekolah sendiri, di
sekolah lain, atau dapat juga di daerah lain. Hal itu tergantung pada banyaknya
peserta supervisi dan tempat-tempat guru itu bertugas. Kalau para guru banyak
yang dilibatkan dan tempat bekerja mereka berjauhan satu dengan yang lain, biasanya tempat supervisi di daerah atau di
tempat yang strategis dapat dijangkau oleh semua peserta. Tetapi kalau
pengikutnya hanya beberapa guru maka supervisi itu cukup diadakan di sekolah
sendiri.
Proses supervisi dimulai dengan memberi
pengantar tentang maksud pertemuan dan kemudian diikuti oleh uraian singkat
tentang hal yang akan dibahas atau kasus tertentu yang akan menjadi bahan
pembicaraan. Selesai memberikan pengantar, uraian singkat, atau
menginformasikan kasus ini, tanya jawab dimulai. Diskusi yang hangat dan
perdebatan mungkin terjadi. Hal itu sangat baik dilakukan asalkan mengarah
kepada pemantapan pemahaman tentang hal-hal yang dibahas yang sebelumnya
dipandang belum banyak dipahami oleh guru-guru.
Diskusi pada supervisi kelompok ini
berbeda dengan diskusi pada supervisi individual. Kalau supervisi individual
bersifat dua arah, yaitu antara supervisor dengan guru. Sedangkan dalam
supervisi kelompok bersifat multiarah, hal ini disebabkan oleh semua pihak baik
para guru maupun para supervisor berhak berbicara dan harus ikut berbicara.
Multiarah ini tidak ada polanya yang baku, artinya tidak ada aturan orang harus
berbicara sekian kali. Setiap orang diharapkan berpartisipasi secara aktif
berbicara mengeluarkan pendapat. Ada kalanya supervisor memancing-mancing agar
guru yang kurang aktif bisa ikut berbicara. Jadi arah pembicaraan bisa dimulai
dari supervisor, lalu guru, kembali lagi ke supervisor lain, dilanjutkan oleh
guru, oleh guru lain, guru lain lagi, di jawab oleh supervisor, oleh guru yang
lain, dan seterusnya.
Diskusi kelompok tadi kalau sudah ada
wujud gambaran yang agak jelas, lalu diringkas dan di simpulkan bersama.
Ringkasan dan simpulan inilah yang merupakan hasil supervisi yang menjadi milik
bersama oleh para pengikut supervisi. Apa yang mula-mula tidak dipahami, bahkan
mungkin tidak diketahui sama sekali, kini mulai diketahui dan dipahami. Para
pengikut supervisi dengan membawa hasil yang mereka harapkan sudah merasa puas
dan bisa kembali ke tempat kerjanya masing-masing. Begitu halnya dengan
supervisor setelah menunaikan tugas pulang ke tempat kerja mereka
masing-masing. Supervisi selesai dan
ditutup.[4]
B.
Macam-macam teknik supervisi kelompok dalam pendidikan
Teknik-teknik supervisi yang bersifat
kelompok yang dielaborasi dari pendapat para ahli supervisi pendidikan antara
lain adalah :
a.
Pertemuan orientasi (Orientation meeting)
Pertemuan orientasi adalah pertemuan yang
dilakukan oleh pengawas sekolah dan atau kepala sekolah sebagai supervisor
dengan guru latih terutama guru baru yang bertujuan menghantar guru tersebut
memasuki suasana kerja yang baru sebagai tenaga pendidik. Pertemuan orientasi
memperkenalkan tugas dan tanggung jawab khususnya pada guru baru secara dini ,
setelah dilakukan pertemuan diharapkan guru terhindar dari berbagai masalah
yang mungkin dihadapi dalam melaksanakan tugas-tugasnya nanti. Pertemuan ini
memberikan kesempatan kepada guru latih mengungkapkan pengalamannya secara
benar, sehingga membantu memahami apa saja yang akan menjadi tugas dan tanggung
jawabnya dalam melaksanakan peranannya sebagai tenaga pendidik.
Memberikan pemahaman akan tugas dan
tanggung jawab sebagai guru penting dilakukan oleh pengawas sekolah dan kepala
sekolah sebagai supervisor untuk menjamin mutu (quality assurance)
penyelenggaraan pendidikan dan layanan belajar di sekolah. Pertemuan ini
berfungsi sebagai upaya preventif bagi guru latih agar tidak melakukan
kesalahan dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru.
Pertemuan orientasi ini dirancang oleh
pengawas sekolah dan difasilitasi kepala sekolah dengan perhitungan cermat.
Pada pertemuan ini supervisor mengajak para guru membuat perencanaan progam
supervisi yang akan dilaksanakan di sekolah baik oleh pengawas sekolah maupun
oleh kepala sekolah. Menyusun rencana kegiatan supervisi secara bersama akan
membantu saat menentukan pokok-pokok penting yang disupervisi, jadwal
pelaksanaan supervisi, dan komunikasi yang dilakukan baik oleh supervisor
maupun oleh guru dengan membangun komitmen bersama.
Pada pertemuan orientasi ini, supervisor
menyampaikan atau menguraikan kepada para guru yang disupervisi mengenai :
1.
Sistem kerja yang berlaku di sekolah
2.
Proses dan mekanisme administrasi dan organisasi di sekolah
3.
Resiko-resiko yang dapat timbul jika suatu prosedur kerja tidak
dilaksanakan sebagai mana mestinya
4.
Pola pengembangan kurikulum yang berlaku di sekolah tempat guru
tersebut bertugas
5.
Peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan guru dalam mengembangkan
diri-sendiri
6.
Hak dan kewajiban guru selama melaksanakan pekerjaannya
7.
Hal lain yang dapat membantu guru melaksanakan pekerjaannya secara
efektif dan efisien tanpa banyak mengalami masalah yang berarti.[5]
b.
Rapat guru
Teknik supervisi ini bermaksud
membicarakan sesuatu melalui rapat dengan guru yang bertalian dengan proses
pembelajaran. Tujuan teknik ini adalah untuk menyampaikan informasi baru yang
bertallian dengan pembelajaran, kesulitan-kesulitan yang dialami guru-guru, dan
cara-cara mengatasi kesulitan itu secara bersama dengan semua guru di sekolah.
Ciri-ciri teknik ini adalah sebagai berikut :
1.
Supervisi diberikan kepada sejumlah guru
2.
Tempat supervisi umumnya di ruang guru atau di ruang serba guna di
sekolah bersangkutan
3.
Waktu mengadakan supervisi bisa secara berkala maupun secara
insidental atau kedua-duanya secara bergantian
4.
Supervisi dipimpin oleh kepala sekolah sebagai supervisor
5.
Proses supervisi sebagian besar melalui diskusi
6.
Proses supervisi diakhiri dengan simpulan yang disepakati bersama.
Langkah-langkahnya sebagai berikut :
1.
Supervisi dimulai dengan adanya informasi bertalian dengan
pembelajaran misalnya konsep KTSP
2.
Supervisor berpendapat informasi itu perlu disampaikan dan atau
dipecahkan bersama oleh semua guru atau sebagian guru
3.
Supervisor lalu membuat surat undangan untuk mengadakan rapat guru
4.
Pada hari dan waktu yang telah ditentukan rapat dimulai, berarti
supervisi sudah berlangsung
5.
Kalau ingin informasi itu hanya semacam pemberitahuan atau petunjuk
maka supervisi dimulai dengan penjelasan tentang informasi itu, kemudian
diikuti tanya jawab. Sampai disini supervisi selesai
6.
Tetapi kalau informasi itu merupakan masalah yang perlu di pecahkan
bersama, maka setelah supervisor mengutarakan informasi itu, lalu diikuti oleh
diskusi, pendapat-pendapat, dan perdebatan-perdebatan sampai masalah itu
terpecahkan. Supervisi ini diakhiri dengan kesimpulan.
7.
Pada umumnya supervisi yang menyangkut masalah diikuti tindak
lanjut.
c.
Teknik supervisi sebaya
Teknik ini bertujuan untuk memberi
kemudahan bagi guru-guru untuk mendapatkan bantuan pemecahan masalah. Teknik
ini kebanyakan terjadi disebabkan oleh kurangnya supervisor bidang studi.
Ciri-ciri supervisi sebaya adalah :
1.
Supervisi bersifat kelompok
2.
Yang bertindak sebagai supervisor adalah guru senior atau semi
supervisor
3.
Spesialisasi guru yang disupervisi dan supervisor pada umumnya sama
4.
Tempat melakukan supervisi tidak di dalam ruangan kelas ketika guru
sedang mengajar
5.
Waktu mengadakan supervisi bias incidental dan bias berkala
6.
Proses supervisi sebagian besar dalam bentuk diskusi multiarah
7.
Supervisi diakhiri dengan suatu simpulan yang disepakati bersama
8.
Tindak lanjut supervise diadakan kalau peserta memerlukannya.
Langkah-langkah supervisi sebaya sebagai
berikut :
1.
Mula-mula sekelompok guru memiliki masalah, atau suatu organisasi
guru sebidang studi akan mengadakan pertemuan berkala
2.
Kelompok guru tadi menghubungi guru senior untuk mengadakan
pertemuan, atau organisasi guru tadi mengedarkan surat undangan untuk bertemu
dalam proses supervisi
3.
Proses supervisi berlangsung. Terjadi tanya jawab atau diskusi
multiarah
4.
Masalah yang dibahas tidak harus tunggal, masing-masing masalah
secara berturut-turut didiskusikan bersama
5.
Kalau pertemuan sudah mendapatkan jalan keluar, maka pertemuan
ditutup. Supervisi selesai
6.
Kalau membutuhkan tindak lanjut, maka tindak lanjut supervisi
diadakan.[6]
d.
Diskusi sebagai proses kelompok
Tujuannya ialah untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi guru-guru dan upaya meningkatkan profesi melalui
diskusi multiarah dikalangan para peserta supervisi. Ciri-cirinya yaitu :
1.
Supervisi bersifat kelompok
2.
Tempatnya bisa disekolah dan bisa juga di luar sekolah
3.
Guru yang disupervisi tidak dalam keadaan mengajar dalam kelas atau
membimbing para siswa belajar
4.
Waktu melaksanakan supervisi bisa mendadak kalau supervisor dan
atau guru menghendaki
5.
Materi yang didiskusikan yaitu masalah-masalah yang bertalian
dengan upaya meningkatkan profesi guru, proses pembelajaran, kepribadian dan
dedikasi guru, belajar seumur hidup, studi lanjut, dan sejenisnya.
6.
Proses supervisi didominasi oleh diskusi multiarah
Langkah-langkahnya sebagai berikut :
1.
Proses supervisi dimulai dengan ada suatu permasalahan yang
bertalian dengan upaya meningkatkan profesi guru
2.
Masalah di atas bias terjadi pada guru dan bias juga di tangkap
oleh supervisor
3.
Inisiatif mengadakan pertemuan atau diskusi muncul, bisa dari guru
atau supervisor
4.
Undangan dibuat untuk para peserta, tetapi kalau supervisi mendadak
cukup secara lisan
5.
Proses supervisi terjadi antara peserta dengan supervisor
6.
Perdebatan atau diskusi berhenti setelah peserta menemukan jalan
keluar atas permasalahan yang di bahas
7.
Tindak lanjut diadakan kalau peserta menghendaki.[7]
e.
Teknik pertemuan ilmiah
Pertemuan ilmiah adalah pertemuan yang
dilakukan oleh sejumlah orang yang membahas hal-hal yang sifatnya ilmiah.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi baru yang bertalian dengan
pengembangan profesi guru dan mencari pemecahan tentang hal itu kalau ada
halangan-halangan yang menghadang. Ciri-cirinya yaitu :
1.
Supervisi bersifat kelompok
2.
Tempatnya bisa disekolah tetapi umumnya di luar sekolah di luar
sekolah
3.
Waktu mengadakan supervisi sudah ditentukan sebelumnya
4.
Peserta umumnya dari beberapa sekolah
5.
Sering memakai supervisor ekspert dari luar dunia pendidikan
kalau membahas keragaman daerah dengan segala aspeknya
6.
Wujud supervisi didominasi
oleh ceramah
7.
Pada umumnya tidak ada tindak lanjut.
Langkah-langkahnya sebagai berikut :
1.
Mula-mula ada gagasan untuk mengadakan supervisi pertemuan ilmiah.
Gagasan itu bisa muncul dari supervisor
2.
Rancangan supervisi dibuat lengkap dengan materi yang akan dibahas,
para guru yang diundang, dan supervisor-supervisor yang dilibatkan
3.
Ada persiapan pertemuan, bila perlu ada panitia penyelenggara
4.
Tempat pertemuan dan waktu serta jadwal pertemuan ditentukan
5.
Surat undangan lengkap dengan tujuan,tempat, dan waktu dikirim kepada
guru-guru dan para supervisor
6.
Proses supervisi dimulai dengan ceramah-ceramah oleh ahli atau
supervisor tentang sesuatu yang baru atau cara-cara pemecahan masalah
7.
Guru-guru yang diutus mengikuti supervisi setelah kembali ke tempat
masing-masing pada umumnya diminta untuk menyampaikan kepada guru lain.[8]
f.
Teknik supervisi kunjungan ke sekolah
Tujuan teknik ini yaitu untuk mendapatkan pengalaman,
pengetahuan, dan keterampilan yang inovatif. Proses supervisi ini sebagian
besar dalam wujud ceramah. Ciri-cirinya yaitu :
1.
Supervisi bersifat kelompok
2.
Objek yang menjadi bahan supervisi adalah proyek uji coba konsep
pendidikan yang baru atau pengembangan beberapa aspek pendidikan yang sukses
3.
Peserta biasanya berasal dari satu sekolah, tetapi bisa juga dari luar
4.
Yang bertindak sebagai supervisor adalah kepala sekolah atau ketua
proyek di sekolah
5.
Prose supervisi didominasi ceramah dan kunjungan mengamati
objek-objek yang menjadi materi
6.
Tindak lanjut biasanya berupa pertemuan di tempat kerja peserta
masing-masing.
Langkah-langkahnya sebagai berikut :
1.
Diawali dengan ada rencana berkunjung ke suatu sekolahyang maju
2.
Sekolah yang akan dituju ditetapkan
3.
Waktu kunjungan juga ditetapkan
4.
Surat permohonan diajukan kepada kepala sekolah yang akan
dikunjungi
5.
Peserta disurati untuk mengikuti supervisi di sekolah yang akan
dikunjungi
6.
Proses supervisi terjadi, dimulai dengan ceramah, tanya jawab, dan
diakhiri dengan pengamatan terhadap objek-objek yang menjadi materi supervisi
7.
Bagi supervisi yang merupakan kunjungan semua guru satu sekolah,
tidak perlu ada tindak lanjut.[9]
g.
Simposium
Berasal dari bahasa yunani syn yang
berarti dengan, dan posis yang berarti minum, jadi symposium diartikan
juga jamuan. Symposium adalah suatu pertemuan yang dalam pertemuan itu ada
beberaa pembicara menyampaikan pikirannya secara singkat mengenai suatu topic
pendidikan, atau topic-topik yang bekaitan dengan problematika mengajar.
Symposium juga dapat diartikan sebagai sekumpulan karangan pendek tentang
sesuatu pokok masalah yang ditulis sejumlah ahli dan diterbitkan menjadi buku.
Mengacu pada pengertian pertama, dalam
symposium, suatu masalah dapat dibahas denngan terlebih dahulu diminta
pandangan dari sejumlah ahli. Pandangan-pandangan ini yang nantinya dibahas
oleh peserta. Dalam praktiknya supervisor dapat memanfaatkan para ahli dari
perguruan tinggi sebagai narasumber untuk membahas topic tertentu yang telah
disepakati bersama guru binaannya.[10]
h.
Demonstrasi mengajar (Demonstration teaching )
Demonstrasi mengajar adalah suatu upaya
supervisor membantu guru-guru yang disupervisi dengan menunjukkan kepada mereka
bagaimana mengajar yang benar. Dikatakan
sebagai suatu teknik yang bersifat kelompok bilamana supervisor itu memberi
penjelasan-penjelasan kepada guru-guru tentang mengajar yang baik setelah
seorang guru yang baik memberikan penjelasan kepada guru-guru yang dikunjungi sebelumnya. Kekurangan cara ini adalah :
1.
Ketidakmampuan beberapa supervisor untuk mengadakan demonstrasi
mengajar
2.
Banyak guru tidak mau mengadakan demonstrasi
3.
Perkembangan mengajar itu berpusat pada pusat minat yang
membutuhkan waktu yang lama.[11]
Proses supervisi ini diisi juga dengan kegiatan
tanya jawab setelah supervisor selesai mendemonstrasikan sesuatu. Setelah tanya
jawab para guru diberi kesempatan berdemonstrasi sendiri. Materi yang di bahas
hampir semuanya hal-hal yang bisa didemonstrasikan atau dapat dipahami secara
baik lewat demonstrasi. Misalnya penjelasan tentang komputer atau internet,
sulit sekali instrument itu dapat dipahami hanya melalui uraian lisan atau
tertulis. Ciri-ciri teknik ini adalah :
1.
Bersifat supervisi kelompok
2.
Tujuan utama adalah memberikan keterampilan disamping pemahaman
akan sesuatu
3.
Proses supervisi sebagian besar dengan cara mendemonstrasikan
sesuatu didepan para peserta
4.
Tempat supervisi dapat disekolah dan dapat juga di lembaga-lembaga
lain
5.
Pada umumnya tidak ada tindak lanjut, kecuali kalau peserta
menginginkan.
Proses teknik supervisi demonstrasi
memakai langkah-langkah seperti berikut
:
1.
Mula-mula ada hal baru dalam profesi guru yang ingin dipahami oleh
para guru atau ingin disampaikan oleh supervisor
2.
Kalau hal baru itu banyak, maka dipilih satu atau beberapa yang
lebih penting didahulukan
3.
Tempat ditentukan disekolah atau lembaga lain
4.
Surat undangan dikirim kepada guru-guru yang diikutsertakan
5.
Pada waktu yang telah ditentukan proses supervisi dimulai.[12]
i.
Perpustakaan jabatan
Di tiap sekolah diusahakan perpustakaan
jabatan sendiri yang berisi buku-buku, brosur, majalah, dan bahan lainnya yang
telah diseleksi dengan teliti mengenai suatu bidang studi. Hal ini sangat
memperkaya pengetahuan dan pengalaman guru sehingga ia bertumbuh dalam profesi
mengajar. Guru dapat studi secara
kelompok bila ada perpustakaan jabatan yang lengkap.
Tetapi sekarang ini ada kemungkinan bahwa
guru kurang mempunyai pepustakaan jabatan. Pada hal untuk memberikan
pengetahuan yang cukup wajiblah guru-guru diperlengkapi dengan sumber-sumber
buku-buku yang banyak. Tidak sedikit buku-buku itu hanya disimpan di lemari
sebagai istana buku daripada yang dibaca dan dipergunakan.
j.
Buletin supervisi
Buletin supervisi adalah salah satu bentuk
alat komunikasi dalam bentuk tulisan yang dikeluarkan oleh staf supervisor yang
digunakan sebagai alat membantu guru-guru memberikan informasi penting dalam
memperbaiki situasi belajar-mengajar. Buletin ini dapat diterbitkan oleh
lembaga-lembaga seperti asosiasi pengawas sekolah, kelompok kerja kepala
sekolah, musyawarah guru bidang studi, atau lembaga lainnya yang memungkinkan
buletin tersebut tersebut dapat diterbitkan dan disebarluaskan.[13]
Menurut George C. Kyte dalam bukunya “How
to Supervise” dikemukakan bahwa umumnya supervisory bulletine itu
dapat diklasifikasikan atas 3 jenis, yaitu :
1.
Buletin bagi instruksi-insttruksi yang umum
2.
Buletin khusus guru sebagai persiapan dalam mengikuti rapat
3.
Buletin yang berisi tindak-lanjut sesuatu keputusan rapat.
Bentuk buletin yang berhubungan dengan
instruksi-instruksi umumnya berbentuk lembaran-lembaran dan ada juga
laporan-laporan yang dimuat dalam bentuk majalah. Hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah :
a.
Bentuk harus menarik
b.
Tersusun dengan rapi
c.
Karena akan dijadikan dokumen maka kertasnya yang baik, tahan lama,
dan lebih baik dijilid.
Waktu
penerbitan buletin disesuaikan dengan keperlua yakni :
a.
Mingguan
b.
Bulanan
c.
Triwulan/catur wulan
d.
Tahunan.
Melalui buletin ini guru-guru dapat
memperluas pengetahuan tentang tujuannya, mereka selalu diberi motivasi ke arah
usaha perbaikan tugas. Bahan-bahan stimulasi ini merupakan makna bagi
pertumbuhan jabatan mengajar guru.
k.
Membaca langsung (Directed reading)
Bilamana sekolah mempunyai cukup banyak
buku sumber yang berhubungan dengan satu bidang studi atau pengetahuan profesi
mengajar lainnya, maka teknik yang paling sederhana namun sulit dilaksanakan
ialah membaca langsung dan terbimbing. Cara ini disebut juga guided reading
atau sugested reading.
Kesulitan psikologis yang dialami guru
ialah harus cukup waktu yang disediakan untuk membaca, kurang motivasi baik
intrinsik maupun ekstrinsik untuk memperdalam bidang studinya oleh karena
guru-guru yang sudah berat tugasnya tiap hari seolah-olah mengalami kelumpuhan
psikologis. Setiap kali membaca, harus membuat laporan singkat dari hasil
bacaan itu. Teknik ini sangat menolong guru untuk meningkatkan pengalaman
belajar mereka. Oleh karena itu, perlu pula ditingkatkan kegairahan di kalangan
guru. (membaca bukan sebagai selingan tetapi membaca sebagai alat untuk belajar
meningkatkan profesi mengajar).[14]
l.
Mengikuti kursus
Mengikuti kursus sebenarnya bukan suatu
teknik melainkan suatu alat yang dapat membantu guru mengembangkan pengetahuan
profesi mengajar dan menambah keterampilan guru dalam memperlengkapi profesi
mereka. Apalagi dengan penambahan kurikulum baru di bidang studi keterampilan
misalnya belum ada guru khusus untuk bidang itu. Sementara menanti guru yang
khusus untuk itu guru-guru yang sudah ada yang mempunyai minat untuk bidang itu
dapat mengikuti kursus-kursus tersebut.
Di lain pihak guru-guru yang mengikuti
kursus itu diarahkan kepada dua hal. Pertama, sebagai penyegaran dan kedua
sebagai usaha peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan mengubah sikap
tertentu. Bila sifat kursus itu adalah penyegaran, maka guru-guru sudah
mendapat pengetahuan tersebut, tetapi karena sudah lama sekali dan pengetahuan
yang dimiliki bersifat rutin maka perlu ada penyegaran supaya gairah mengajar
dialihkan dari suasana rutin kepada situasi baru yang menyenangkan dan
menyegarkan. Penyegaran adalah suatu conditio sine qua none. Penyegaran
merupakan variasi irama hidup dalam proses pengabdian guru. Sudah tentu ada
pengetahuan baru yang diperoleh.
Bila kursus itu bersifat penataran maka
guru-guru akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan tambahan sehingga mereka
akan mengalami peningkatan dalam profesi mereka. Masalahnya ialah cara memberi
kursus dengan tujuan yang jelas sehingga tidak menimbulkan rasa bosan. Sering
para penatar menganggap guru tidak tahu. Sikap yang paling bijaksana adalah
bukan menggurui guru-guru, tetapi bersama guru-guru belajar dari pengalaman
masing-masing. Peranan para pemberi kursus ialah bersifat memberi motivasi,
stimulasi, dan mediator dalam mengkomunikasi pengalaman-pengalaman baru. Oleh
karena itu, pendekatan yang bersifat menghargai guru sebagai orang yang
mempunyai pengalaman adalah suatu usaha supervisi yang sangat bermanfaat.
m.
Organisasi jabatan (Professional organizations)
Kelompok-kelompok jabatan yang
diorganisasikan sesuai dengan minat dan masalah yang disukai, akan menjadi
salah satu yang paling kuat pengaruhnya untuk inservice training baik di
pusat maupun di daerah. Banyak organisasi nasional yang kuat mempunyai
cabag-cabang dan bekerja secara efektif di daerah. Misalnya :
a.
National council for the social studies
b.
The association for supervisor and curriculum development
c.
The national council of teachers of English
d.
The national association of secondary school principals dan sebagainya.
Kelompok ini mengadakan konferensi kerja
sekali setahun tentang masalah dan perencanaan mengajar dan penggunaan teknik
yang lebih baik yaitu workshop.
Kebaikannya
:
1.
Mempunyai nilai social
2.
Guru-guru memperoleh ide-ide yang praktis dan inspirasi dari
pidato-pidato yang dapat memperkaya pengalaman.
Barangkali perlu dikembangkan
ikatan-ikatan profesi untuk mengembangkan ilmu tertentu seperti : Ikatan Dokter
Indonesia, Insnyur, ahli ekonomi, PGRI, Ikatan Guru IPA, Matematika, dan
lain-lain.[15]
n.
Laboratorium kurikulum (Curriculum laboratory)
Yang dimaksud dengan curriculum library
atau curriculum laboratory adalah suatu tempat yang dijadikan pusat
kegiatan dimana guru-guru memperoleh sumber-sumber materi untuk menambah
pengalaman mereka dalam rangka program inservice education. Oleh karena
itu di sebut juga “materials bureau” atau “materials center”.
Dalam lab itu terdapat :
a.
Buku-buku dan majalah serta sumber-sumber belajar lainnya
b.
Bermacam-macam bahan pelajaran seperti unit-unit pelajaran,
gambar-gambar, poster-poster charts maps, audio visual aids, bacaan
tambahan, buku pegangan, buku kerja, dan contoh-contoh lainnya.
Koleksi dari contoh-contoh model pelajaran
yang disajikan secara visual misalnya :
a.
Contoh-contoh merumuskan tujuan operasional untuk tiap mata
pelajaran
b.
Contoh cara merumuskan belajar-mengajar
c.
Contoh alat-alat pelajaran sederhana yang dapat dibuat guru
d.
Contoh dan bermacam-macam sumber pengalaman belajar, buku-buku
pelajaran yang pernah digunakan dalam melaksanakan suatu jenis kurikulum
e.
Contoh tes-tes yang dibuat guru dan lain-lain.
Fungsi dari curriculum laboratory :
Curriculum laboratory tidak hanya sebagai sumber materi tapi juga sebagai tempat pusat
untuk guru-guru mengadakan penelitian, percobaan, dan tempat bekerja sambil
belajar baik pribadi maupun bersama untuk memecahkan problema belajar-mengajar.
Tujuannya untuk menyediakan
sumber-sumber materi yang berhubungan dengan peningkatan proses
belajar-mengajar. Sebenarnya semua contoh bentuk-bentuk pelajaran selama
beberapa tahun dapat dikumpulkan merupakan koleksi pengalaman belajar, disusun
secara teratur dan kontinu. Para guru dapat melihat perbandingan, misalnya
bentuk persiapan dari tahun ke tahun yang sering berubah, jenis-jenis tes atau
ulangan yang pernah dibuat guru dari tahun ke tahun, buku pelajaran yang pernah
digunakan guru dari tahun ke tahun.[16]
o.
Perjalanan sekolah (Field trips)
Menurut Lester B. Sands dalam bukunya Audio
Visual Procedure Teaching perjalanan sekolah dibagi dalam tiga macam, yaitu
:
1.
Ekskursi (Excursion)
Excursion
ialah perjalanan sekolah yang dilakukan suatu kelompok manusia, dengan tujuan
mempelajari sesuatu secara menyeluruh. Letak objek perjalanan dari sekolah
biasanya dekat. Perjalanan sekolah ini membutuhkan waktu paling banyak satu
hari.
2.
Study trip (Field trip)
Study
trip yaitu perjalanan sekolah yang khusus mempelajari sesuatu hal yang
tertentu.
3.
Tour
Tour
ialah sejenis ekskursi yang memakan waktu agak panjang meliputi daerah yang
luas, sehingga membutuhkan beberapa minggu atau bulan.
Jenis mana yang akan dipakai oleh kepala
sekolah untuk mengembangkan kecakapan dan keahlian si guru dalam jabatannya
bergantung pada situasi. Kalau diikuti prinsip-prinsip perjalanan sekolah, maka
perjalanan sekolah merupakan sumber pengetahuan sebab sebelum guru-guru berangkat
atau pergi meninjau objek itu, mereka harus lebih dulu mencari informasi
tentang objek yang akan dikunjungi itu. Kemudian, sesudah mereka tiba di objek
itu, selain belajar sendiri tentang objek itu mereka akan dapat penerangan dari
orang-orang yang tertentu, yang ada hubungan dengan objek itu. Selanjutnya
sesudah kembali di sekolah, mereka akan mendiskusikan hasil-hasil yang
diperoleh.
Field trip mempunyai nilai-nilai sebagai berikut :
a.
Memberi pengalaman langsung
b.
Membangkitkan minat baru atau memperkuat minat-minat yang telah ada
c.
Memberi motivasi kepada guru-guru untuk menyelidiki sebab musabab
sesuatu
d.
Menanamkan kesadaran terhadap masalah-masalah yang terdapat di
dalam masyarakat
e.
Memberi pengertian yang lebih luas tentang kehidupan dalam
masyarakat
f.
Mengembangkan hubungan sosial dengan masyarakat
g.
Sebagai suatu penyegaran dalam pembinaan profesi.
Merencanakan field trip
Setiap field trip harus
direncanakan dengan cermat. Tanpa persiapan usaha itu pasti gagal. Field
trip biasanya dilakukan dengan tujuan-tujuan sebagai berikut :
a.
Membangkitkan minat untuk suatu unit yang akan dilakukan
b.
Mengumpulkan bahan sesuatu masalah
c.
Sebagai kegiatan kulminasi dari rapat kerja
Persiapan/perencanaan
a.
Rumuskan dan jelaskan tujuan field trip. Semua guru harus
mengerti apa sebab mereka pergi dan apa yang diharapkan dari masing-masing
mereka. Mereka harus melihat hubungan field trip dengan masalah yang
mereka hadapi
b.
Guru-guru harus terlebih dahulu mempelajari segala sesuatu mengenai
apa yang akan diperoleh selama perkunjungan
c.
Sediakan sejumlah pertanyaan yang memerlukan jawaban sebagai hasil field
trip itu
d.
Siapkan segala sesuatu untuk keperluan field trip :
-
Minta izin dari pimpinan tempat yang akan dikunjungi
-
Guru harus lebih dahulu mengunjungi objek itu agar dapat mengadakan
perencanaan yang teliti
-
Adakan pembicaraan dengan orang-orang yang diminta bantuannya
-
Mengatur soal keuangan, pengangkutan, usaha menjamin keselamatan
guru tersebut
-
Buat rencana tertulis tentang field trip, beserta rencana
waktu, tempat yang dikunjungi dan daftar nama-nama pengikutnya.
Pelaksanaan field trip
Selama field trip hendaknya
dipelihara ketertiban. Bila field trip ini dilakukan oleh guru-guru,
maka hendaknya guru-guru mendiskusikan peraturan-peraturan selama field trip
itu. Dalam field trip sebaiknya tiap guru mengambil peranan aktif
mengumpulkan bahan-bahan baru.
Follow-up
field trip
Setiap
field trip harus diadakan pembicaraan, dinilai dan diinterpretasi :
-
Hendaknya kepala sekolah memberi kesempatan kepada guru-guru untuk
menceritakan pengalaman masing-masing
-
Tanyakan apakah mereka menemukan fakta-fakta baru
-
Apakah field trip itu mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditentukan lebih dahulu. Apakah field trip itu memberi jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang mereka sediakan
-
Apakah kekurangan-kekurangan, kesalahan-kesalahan,
kesulitan-kesulitan yang dialami selama field trip itu
-
Hendaknya guru membuat laporan tentang field trip. Dengan
mengadakan field trip, maka guru akan memperoleh pengalaman baru dan
akan bertumbuh dalam jabatannya.[17]
I.
KESIMPULAN
Teknik supervisi kelompok adalah suatu
pembinaan terhadap sejumlah guru oleh satu atau beberapa supervisor. Dalam
supervisi kelompok dihidangkan suatu materi atau sekelompok materi kepada
sekelompok guru yang mengikuti supervisi ini. Sekelompok materi yang
dihidangkan itu diterima bersama oleh guru-guru, dibahas bersama, dan
disimpulkan bersama. Semuanya dilakukan di bawah asuhan satu atau beberapa
supervisor. Sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama dapat dibina sejumlah
guru.
Pada dasarnya munculnya supervisi
kelompok tidak dipicu oleh supervisi individual yang kurang efisien
dibandingkan dengan supervisi kelompok, melainkan lebih disebabkan oleh
kebutuhan, yaitu kebutuhan membina sejumlah guru secara bersama karena memiliki
kebutuhan yang relatif sama. supervisi kelompok ini muncul bukan melulu
disebabkan oleh tingkat efisiensinya bagus, melainkan karena teknik ini
efektif.
Teknik ini dikatakan efektif, sebab ia
melibatkan sejumlah guru dan beberapa supervisor berbicara dan berdiskusi
bersama, yang menghasilkan sesuatu. Hasil pemikiran dan pertimbangan orang
banyak biasanya lebih baik daripada hasil pemikiran satu atau dua orang. Tetapi
tidak berarti teknik supervisi kelompok lebih efektif dibandingkan teknik
supervisi individual. Sebab kalau sesuatu kasus yang sifatnya individual tidak
dapat diselesaikan secara bersama, ia harus dipecahkan secara individual juga.
Dengan kata lain, baik supervisi kelompok maupun supervisi individual sama-sama
memiliki keefektifan sendiri-sendiri.
Teknik supervisi kelompok dibutuhkan
ketika sekelompok guru membutuhkan sesuatu yang sama pada waktu yang sama.
Guru-guru yang memiliki kebutuhan sama ini lalu dikumpulkan untuk disupervisi.
Supervisor atau beberapa supervisor yang berkepentingan dengan pengembangan
guru ini atau spesialisasinya cocok dengan kebutuhan guru ini, tampil untuk
melaksanakan supervisi itu.
Teknik-teknik supervisi yang bersifat
kelompok antara lain adalah :
a.
Pertemuan orientasi (Orientation meeting)
b.
Rapat guru
c.
Supervisi sebaya
d.
Diskusi sebagai proses kelompok
e.
Pertemuan ilmiah
f.
Kunjungan ke sekolah,dll.
II.
DAFTAR PUSTAKA
Pidarta,Made, Supervisi Pendidikan Kontekstual, Jakarta:
Rineka Cipta.2009
Sagala,Syaiful, Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan,Bandung:
ALFABETA,2010
Sahertian,A.
Piet Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008
[1] Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual, (Jakarta :
PT RINEKA CIPTA,2009), hlm.165-166
[2] Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual, hlm.166-167
[3] Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan,
(Bandung: ALFABETA, 2010), hlm.174-175
[4] Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual, hlm.167-169
[5] Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan,
hlm.175-176
[6] Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual, hlm.171-176
[7] Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual, hlm.177-180
[8] Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual, hlm.184-188
[9] Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual, hlm.188-191
[10] Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan,
hlm.186
[11] Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi
Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2008), hlm.115
[12] Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual, hlm.182-184
[13] Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan,
hlm.191
[14] Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi
Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia,hlm.118-120
[15] Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi
Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia,hlm.120-122
[16] Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi
Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia,hlm.122-124
[17] Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi
Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, hlm.126-129
Comments
Post a Comment